TEKNIK PRODUKSI BENIH CABAI
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi adalah memilih lokasi tanam yang
sesuai dengan rekomendasi daerah adaptasi varietas yang tercantum dalam
deskripsi. Tujuan kegiatan ini adalah agar diperoleh lahan yang sesuai
rekomendasi varietas yang akan diproduksi. Lokasi produksi benih dapat
dilakukan dibeberapa tempat yaitu:
1. Lahan terbuka. Penanaman di lahan terbuka menggunakan
lahan bukan bekas tanaman cabai atau tanaman Solanaceae lainnya seperti
terong dan tomat. Selain itu, dipastikan tidak ada tanaman cabai varietas lain
di sekitar lahan yang akan ditanami.
2. Rumah kasa. Penanaman di rumah kasa dapat menggunakan
bedengan bukan bekas tanaman cabai atau tanaman Solanaceae lainnya
seperti kentang dan terong. Selain itu dapat menggunakan polybag dengan media
tanam baru jika lahan di dalam rumah kasa bekas tanaman cabai atau Solanaceae
lainnya.
Penentuan Waktu Tanam
Penentuan waktu tanam adalah menetapkan waktu tanam
yang tepat bagi penanaman benih sumber/penangkaran cabai. Penentuan waktu tanam
bertujuan menentukan waktu tanam yang tepat sehingga benih sumber cabai dapat
tumbuh baik diawal pertumbuhannya sampai saat panen.
Penyiapan Benih Sumber
Sumber benih merupakan benih bersertifikat yang
kelasnya diatas benih yang akan dihasilkan dengan jumlah yang disesuaikan
dengan rencana produksi benih.
Penyemaian
Penyemaian bertujuan untuk menyiapkan benih cabai agar
dapat tumbuh lebih seragam sewaktu dipindahkan ke lahan
1. Siapkan bahan dan alat berupa media semai (campuran
tanah dan pupuk kandang 1:1) yang dibasahi hingga kapasitas lapang, bedeng
semai, plastik, fungisida, tray atau bumbunan dari daun pisang
2. Benih direndam dengan air atau larutan fungisida
berbahan aktif Propamokarb Hidroklorida 2 cc/liter selama 1 jam.
3. Jika menyemai lebih dari satu varietas pada saat yang
bersamaan, usahakan bedeng semai terpisah untuk menghindari pencampuran
4. Benih cabai disemai diatas bedeng semai/ tray plastik
didalam rumah kasa;
5. Bedeng semai/tray plastik ditutup dengan tanah
tipis-tipis, kemudian ditutup dengan mulsa plastik warna hitam perak/ daun
pisang/karung
6. Setelah 5 – 10 hari penutup dibuka atau saat kecambah
sudah muncul ke permukaan tanah.
7. Setelah tanaman dipersemaian berumur 12 – 20 HSS, maka tanaman siap dibumbun atau
dipindahkan ke tray/bumbunan.
8. Bibit dapat dipindahkan/ditanam di lapangan jika sudah
berumur 30 – 45 HSS atau 4 – 5 helai daun.
Pengolahan Tanah/Lahan
Kegiatan mengolah lahan tanam dan membersihkan
lingkungan pertanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di lahan
terbuka atau di rumah kasa yang bertujuan untuk memperoleh lahan yang siap
ditanami dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, kayu) maupun biologis
(gulma, hama penyakit, dan sisa-sisa tanaman) yang sesuai dengan standar
pertumbuhan tanaman cabai. Alat yang digunakan dapat berupa cangkul/golok/kored
untuk memotong dan membersihkan sisa tanaman sebelumnya yang dapat menghalangi
saat pengolahan tanah /lahan ataupun traktor/cangkul.
1. Bersihkan lahan dari bebatuan, gulma, dan sisa tanaman
sebelumnya dengan menggunakan cangkul/golok/kored.
2. Tanah diolah sedalam 20 – 30 cm dengan menggunakan traktor/cangkul hingga
tanah menjadi gembur.
3. Pengolahan lahan dilakukan 2 – 4 minggu sebelum tanam.
4. Penamanan menggunakan polybag di dalam rumah kasa
dilakukan dengan cara menyiapkan campuran tanah : pupuk kandang = 1;1. Media
yang sudah tercampur dimasukan ke dalam polybag berukuran 40 x 40 cm.
Persiapan lahan penanaman
Kegiatan ini berhubungan dengan pembuatan bedengan
pada tanah/lahan yang telah diolah serta pemberian pupuk dasar dan kapur pertanian
supaya diperoleh lahan pertanaman yang baik dan gembur untuk pertanaman cabai
1.
Bedengan
dibuat dengan ukuran lebar 100 – 120 cm
sedangkan panjangnya menyesuaikan lahan, untuk meluruskan bedengan gunakan tali
dan ajir.
2.
Parit
di buat dengan ukuran lebar 40 – 50 cm.
3.
Taburkan
kapur pertanian hingga pH minimal 5.5 (sekitar 1.5 ton/ha), pupuk kandang
sebanyak 20-30 ton/Ha, dan NPK 450 kg/ha NPK 16-16-16 atau menggunakan campuran
pupuk tunggal 200 kg/ha SP36, 100 kg/ha ZA, dan 100 kg/ha KCL di atas bedengan
yang telah terbentuk.
4.
Bedengan
yang telah ditabur kapur pertanian dan pupuk dasar, selanjutnya bagian atasnya
ditutup dengan tanah, dihaluskan dan diratakan.
Pemasangan Mulsa, dan Pembuatan Jarak Tanam
Memasang mulsa, membuat jarak tanam sesuai besarnya
benih dan jarak tanam yang direkomendasikan. Mulsa bertujuan untuk menutupi
bedengan dengan mulsa dan di peroleh jarak tanam yang seragam yang sesuai
rekomendasi.
1.
Pemasangan
mulsa dilakukan pada saat panas terik matahari agar mulsa memuai sehingga memudahkan mulsa tersebut ditarik
menutup rapat bedengan.
2.
Bagian
plastik berwarna perak menghadap keatas sedangkan yang berwarna hitam menghadap
ke tanah/bawah.
3.
Dua
orang memegang kedua ujung mulsa di masing-masing ujung guludan/bedengan. Dua
orang lainnya saling berhadapan dimasing-masing sisi guludan/bedengan.
4.
Pinggir
mulsa ditarik kearah bawah sampai terasa mulsa tersebut mengembang.
5.
Gunakan
pasak penjepit dari bambu untuk mengaitkan sisi – sisi mulsa dengan bedengan
agar mulsa tidak mudah lepas.
6.
Pemasangan
bertahap dari satu ujung guludan/bedengan hingga ujung berikutnya.
7.
Setelah
mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa
menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm yang dipanaskan. Lubang
tanaman dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu 70 x 50 cm atau 70 x 60 cm
(double row) untuk cabai besar/keriting atau 50-60 cm x 150 cm (single row)
untuk cabai rawit
Penanaman
Sebelum benih di persemaian dipindahkan terlebih
dahulu buat lubang tanam sedalam 2-5 cm. Kemudian tanam benih semai cabai
beserta medianya sesuai jarak tanam kemudian siram setelah penanaman selesai
dilakukan.
Pemeliharaan Cabai
Pemasangan penyangga
Kegiatan penancapan penyanggah/penopang berupa turus
dekat dengan tanaman cabai bertujuan untuk membantu tanaman tumbuh tegak,
mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah dan tiupan angin,
memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, mempermudah pemeliharaan.
1. Buat turus dari bambu dengan ukuran 3 – 4 cm x 200 cm
2. Pasang turus pada 30 hari setelah tanam. Tancapkan 10
cm dari tanaman sedalam 15 – 20 cm dengan posisi miring ke dalam (ganda).
3. Pasang tali rafia pada bagian tengah dan atas turus
4. Ikat tanaman pada turus
Penyiraman
Pemberian air untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jika tidak ada hujan penyiraman dilakukan
setiap hari pada awal tanam dan berikutnya seminggu dua kali, atau tergantung
kondisi tanaman.
Penyiangan
Kegiatan mengendalikan gulma dengan cara mencabut
gulma dan membuangnya agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu akibat kompetisi
dengan gulma. Pisau/golok/koret digunakan untuk membersihkan gulma yang tumbuh
disekitar tanaman sedangkan cangkul untuk membersihkan gulma yang tumbuh di
saluran drainase atau jarak antar bedengan. Lakukan penyiangan sebanyak 3 kali
selama periode tanam, yaitu pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah tanam atau
sesuai kebutuhan. Kumpulkan gulma dalam plastik/karung
Pemupukan
Penyediaan unsur hara bagi tanaman melalui tanah
sehingga mendukung pertumbuhan secara optimal. Menyediakan hara susulan sesuai
kebutuhan tanaman untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang optimal untuk
produksi yang optimal.
Pewiwilan
Pembuangan tunas samping yang tidak dikehendaki yang
bertujuan mengurangi jumlah tunas samping. Buang tunas samping pada umur 20 –
45 hari setelah tanam dan masukkan ke dalam karung/plastik
Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)
Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan OPT atau
intensitas serangan. Untuk menghindari kerugian konomi berupa kehilangan hasil
(kuantitas) dan penurunan mutu benih. Lakukan penyemprotan pestisida seminggu
sekali atau sesuai kebutuhan/kondisi di lapangan berdasarkan dosis yang
direkomendasikan. Pengendalian OPT cabai dapat dilihat pada Pengelolaan Tanaman
Terpadu pada Budidaya Cabai Merah (ISBN: 978-979-8257-42-1)
Roguing
Roguing meliputi kegiatan melakukan seleksi/membuang
tanaman yang bukan varietasnya dan tanaman yang terkena serangan penyakit.
Roguing dilakukan oleh staf produksi. Roguing bertujuan mendapatkan pertanaman
yang murni varietasnya dan sehat sehingga mutu benih yang dihasilkan dapat
berkualitas. Beberapa hal yang diperhatikan dalam melakukan roguing:
1.
Roguing
dilakukan sepanjang umur tanaman terutama menjelang pemeriksaan lapang sehingga
sebelum pemeriksaan lapang, kondisi pertanaman dapat memenuhi PTM (persyaratan
teknis minimal).
2.
Periksa
satu persatu tanaman yang diproduksi berdasarkan deskripsi varietas, cabut
tanaman bila ditemui tanaman yang menyimpang berdasarkan deskripsi varietas,
demikian pula pada tanaman yang sakit atau terinfeksi penyakit.
3.
Masukkan
tanaman yang telah dicabut ke dalam plastik/karung dan keluarkan dari rumah
plastik/kassa/kaca setelah itu musnahkan.
Panen
Kegiatan memanen buah cabai yang telah siap panen
sesuai persyaratan yang telah ditentukan bertujuan memperoleh hasil panen dari
areal pertanaman untuk diproses agar menjadi benih bermutu.
1. Buah yang dipanen adalah buah yang setelah matang
fisiologis dengan ciri-ciri warna kulit buah sudah merah penuh di dataran
tinggi: cabai besar (90 HST), cabai
keriting (120 HST) sedangkan di dataran medium: cabai besar (70 HST), cabai
keriting (90 HST). Panen dilakukan dengan interval 7 hari sekali.
2. Buah yang telah matang fisiologis dan sehat dipanen
dengan cara dipetik pada bagian tangkai buahnya, lalu dimasukkan ke dalam
kantong plastik/ember.
3. Buah yang terinfeksi penyakit dipanen secara terpisah
dan dimasukkan kantong plastik yang berbeda dengan buah sehat. Musnahkan buah
yang terinfeksi.
Prosesing Benih
Proses pengolahan hasil panen menjadi benih agar mendapat
benih yang berkualitas dari hasil panen. Benih diambil dari buah cabai yang
sehat (bebas penyakit). Pastikan yang diprosesing adalah buah cabai yang
sehat/tidak terinfeksi. Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan yaitu:
1. Metode kering
a) Buah cabai dipilin menggunakan kedua telapak tangan
dengan memakai sarung tangan.
b) Belah buah cabai secara melintang dengan menggunakan
pisau/cutter
c) Keluarkan benih dari buah cabai secara langsung
kemudian pisahkan antara benih dan daging buah
d) Calon benih ditampung dalam baki.
e) Keringkan calon benih di dalam ruang pengering pada
suhu 28 – 34 0C selama 3 – 5 hari atau
sampai diperoleh benih cabai.
2. Metode basah
a) Buah cabai dipilin menggunakan kedua telapak tangan
dengan memakai sarung tangan;
b) Belah buah cabai secara melintang dengan menggunakan
pisau;
c) Rendam buah cabai ke dalam air selama satu jam
kemudian pisahkan antara calon benih dan daging buah. Bilas beberapa kali
sambil memisahkan calon benih bernas dan calon benih hampa. Rendam dalam
larutan Bayclin 10 ml/liter selama 10 – 15
menit. Bilas dengan air dan tiriskan;
d) Calon benih ditampung dalam baki/nampan bambu yang
dialasi kertas;
e) Keringkan calon benih di dalam ruang pengering pada
suhu 28 – 34 0C selama 3 – 4 hari atau
sampai diperoleh benih cabai.
Setelah benih kering, lakukan penyortiran. Pisahkan
antar biji yang bernas dan bersih dengan biji yang kotor/pecah/kulit buah
cabai. Masukkan benih hasil sortir (benih bagus) ke ruang pengering kembali.
kemudian masukkan ke dalam aluminium foil dan tutup menggunakan sealer. Selanjutnya,
simpan benih di gudang penyimpanan benih bersuhu ±160C hingga benih akan diuji
mutu benih.
Sumber: dari berbagai sumber
Comments
Post a Comment