SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA



Volunteering (kerelawanan) didefinisikan berbeda-beda di berbagai negara, tetapi ada kesamaan dasar dari semua definisi yang ada. Akar kata volunteer berasal dari bahasa Latin ”Voluntas” mengacu kepada keinginan individu. Perserikatan Bangsa-bangsa mendefinisikan kerelawanan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok memberikan masyarakat melalui jalan yang membutuhkan pengorbanan tapi juga melibatkan kepuasan sebagai motivasi“ activities that individuals or groups offer to society in ways that ‘often require a degree of sacrifice’ but also involve satisfaction as well as motivation” .

Volunteer (Sukarelawan)

Orang yang bekerja dengan dasar kerelawanan disebut volunteer atau (sukarelawan). Berdasarkan arti kata volunteer (relawan) dalam www.wikipedia.com dapat diartikan sebagai orang berusaha untuk memberikan pelayanan secara sukarela. Di Indonesia Sukarelawan didefinisikan sebagai orang-orang yang secara sukarela memberikan sumbangan pikiran, keahlian, tenaga, waktu, uang, barang (misalnya computer atau perangkat kerja lainnya) dan lain-lain, sebagai wujud kepedulian pada kemanusiaan, perubahan sosial atau lingkungan tertentu.
Peran sukarelawan penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena pada kenyataannya individu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seorang diri. Sebagai contoh sukarelawan pendonor darah yang tanpa pamrih menyumbangkan darahnya di PMI. Dengan adanya pendonor darah ini, sebagian besar individu yang memerlukan darah dengan cepat (korban kecelakaan) dapat tertolong jiwanya dengan tersedianya darah di PMI.
Sejak jaman dulu, di Indonesia para sukarelawan berperan sangat besar dalam penyuluhan pembangunan. Di bidang pendidikan, sebagai contoh program pemberantasan buta huruf yang dikerjakan oleh warga masyarakat. Sedangkan di bidang pertanian, untuk mempercepat proses difusi inovasi pertanian maka beberapa kontak tani atau pemuka tani secara sukarela melakukan kegiatan penyuluhan walaupun mereka tidak digaji. Demikian pula di bidang kesehatan, dengan adanya kader posyandu yang membantu pelayanan peningkatan kesehatan ibu dan anak khususnya balita.
Berdasarkan hal tersebut, secara garis besar terdapat peran sukarelawan yang sangat penting dalam pembangunan yaitu:
1. Peran sosial. Dalam hal ini sukarelawan membantu individu yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan. Sebagai contoh: pendonor darah, sukarelawan di daerah bencana alam dll
2. Peran pelaksana program. Dalam hal ini sukarelawan membantu pemerintah melaksanakan program dalam rangka memperbaiki kehidupan masyarakat. Sebagai contoh kontak tani/pemuka tani, kader posyandu, kader PKK dll.

Sukarelawan merupakan pekerjaan yang tumbuh dari keinginan individu dalam membantu sesama. Oleh karena itu, pembinaan yang dapat dilakukan oleh para sukarelawan antara lain:
1. Memberikan pengakuan terhadap keberadaan sukarelawan dalam bentuk penghargaan atas jasa yang telah dilakukan, walaupun bagi sukarelawan sejati hal tersebut tidak pernah dipermasalahkan.
2. Memberikan pelatihan yang dibutuhkan terutama bagi sukarelawan yang membantu program pemerintah sehingga mereka dapat bekerja dengan baik.

Voluntary Group (kelompok sukarela)

Sifat kepedulian individu terhadap sesama yang tinggi dan kesadaran akan keterbatasan kemampuan yang mereka miliki sehingga individu tidak dapat memenuhi kepentingan primer sendirian tanpa bantuan orang lain merupakan salah satu penyebab terbentuknya kelompok sukarela. Menurut Soekanto (2006) kelompok volunter adalah kelompok yang mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama dimana terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak terpenuhinya, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya. Kelompok-kelompok volunteer akan dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
Kelompok sukarela itu mungkin dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer meliputi kebutuhan sandang pangan dan papan, keselamatan jiwa, harga diri, pengembangan potensi serta kasih sayang. Kepentingan primer tersebut harus dipenuhi agar individu dapat hidup wajar.
Berdasarkan pengertian tersebut, beberapa kelompok dalam masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai kelompok sukarela antara lain kelompok tani, kelompok PKK, kelompok pengajian, kelompok ekstrakurikuler di sekolah, RT dan RW.
Keberadaan kelompok tani sebagai kelompok sukarela, pada awalnya tidak dapat dipisahkan dari peran kelompok tani sebagai pelaksana program pembangunan pertanian. Kelompok tani dikategorikan sebagai kelompok sukarela karena pendirian kelompok tani lebih dilandaskan pada kepentingan anggotanya dalam mendapatkan kehidupan yang lebih baik secara bersama-sama daripada motif mencari keuntungan sehingga baik anggota maupun pengurusnya tidak dibayar untuk melakukan kegiatan. Sebagai contoh pada kegiatan grobyokan tikus yang dilakukan di areal pertanaman kelompok tani, tidak ada paksaan bagi anggota untuk mengikuti kegiatan dan tidak ada bayaran bagi anggota yang berpartisipasi.
Sedangkan kelompok ekstrakurikuler di sekolah dibentuk sebagai sarana penyaluran minat pelajar. Pada kelompok ini, tidak ada paksaan bagi individu untuk berperan aktif pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Pada kelompok sukarela, pembinaan diarahkan pada:
1. Usaha-usaha untuk memotivasi anggota kelompok agar mereka berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan sehingga didapatkan hasil yang optimal. Usaha motivasi tersebut dapat dilakukan dengan memberi pengertian pentingnya kegiatan tersebut dilakukan dan pentingnya peran serta semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Memberikan pelatihan yang dibutuhkan baik teknis maupun administrasi sehingga mereka dapat bekerja dengan baik.
3. Meningkatkan kedinamisan kelompok melalui perbaikan unsur dalam dinamika kelompok.

Voluntary Assosiation/Organization (Organisasi Sukarela)

Kegiatan kerelawanan yang dilakukan bersama atau melalui sebuah organisasi disebut juga kerelawanan formal. Kepentingan dalam organisasi sukarela berhubungan dengan beberapa nilai budaya antara lain pentingnya nilai kemanusiaan. Banyak organisasi sukarela menawarkan beberapa pertolongan bagi orang yang membutuhkan. Berhubungan dengan nilai kebersamaan dan kepribadian individu.
Beberapa pengertian mengenai organisasi sukarela (voluntary organization) antara lain:
1. Richard T. Schaefer (2003) menyatakan bahwa asosiasi sukarela adalah organisasi yang didirikan berdasarkan kepentingan umum, dimana anggota sukarela atau pun membayar untuk berperan serta (Voluntary Assosiations is organizations established on the basis of common interest, whose members volunteer or even pay to participate).
2. David Popenoe (1989) menyatakan bahwa asosiasi sukarela merupakan organisasi yang secara bebas diatur oleh individu untuk mencapai kepentingan umum. Biasanya anggota tidak dibayar, dan terdapat sedikit mekanisme kontrol formal (Voluntary assosiation is an organization that is freely organized by individuals to pursue some common interest. Usually members are unpaid volunteers, and there are few formal control mechanism).
3. Paul B Horton dan Chester L. Hunt (1999) menyatakan bahwa asosiasi sukarela adalah setiap bentuk organisasi formal yang keanggotaannya bersifat sukarela. Bagi banyak orang, asosiasi sukarela merupakan tempat untuk menghabiskan waktu luang
4. Bernard Phillips (1979) menyatakan bahwa organisasi sukarela merupakan organisasi yang berorientasi untuk menolong yang membutuhkan juga menolong untuk mencapai persamaan dalam masyarakat dan mendorong nilai individu yang ideal (Organizations oriented to helping the needy also help to achieve a greater measure of equality in society and support the ideal of individual worth).

Dengan demikian, secara garis besar organisasi/asosiasi sukarela memiliki ciri sebagai berikut:
1. Himpunan/kumpulan individu yang bebas untuk berpartisipasi atau tidak pada setiap kegiatan tergantung pada minat individu, dengan kata lain anggota tidak terlalu terikat dengan organisasi.
2. Tujuan ditekankan pada kepentingan umum, menolong yang membutuhkan untuk mencapai persamaan dalam masyarakat.
3. Tidak mengharapkan imbalan apapun atas pekerjaan/kegiatan yang dilakukan.
4. Orang-orang yang ada dalam organisasi menentukan kebijaksanaannya sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian dan ciri dari organisasi sukarela, pada kenyataannya dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak kelompok/ organisasi/asosiasi sukarela. Kegiatan utama asosiasi sukarela yaitu minat pribadi, pelayanan sosial dan kegiatan politik yang memiliki fungsi:
1. Penyaluran Minat Pribadi. Pada saat seseorang ingin menyalurkan minatnya yang tidak dimiliki oleh sebagian besar orang, maka dia akan kesulitan dalam memperoleh fasilitas yang dibutuhkan untuk menyalurkan minatnya tersebut. Untuk itu, dia akan bergabung dalam organisasi/asosiasi yang sesuai dengan minatnya. Sebagai contoh, seseorang fungsional penyuluh bergabung dengan perhimpunan penyuluh pertanian (perhiptani) yang merupakan organisasi profesi. Dalam organisasi/asosiasi profesi ini memungkinkan penyuluh untuk mengembangkan keilmuan/kariernya (mencapai tujuannya) tanpa harus dihalangi oleh kelompok mayoritas yang tidak perduli atau yang mempunyai tujuan berbeda.
2. Alat Uji Coba Bagi Program Sosial. Organisasi/asosiasi sukarela dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan suatu program. Sebagai contoh, organisasi wanita yang menguji coba program untuk memperkenalkan pusat penitipan/penjagaan anak bagi ibu pekerja atau pemberian sarapan pada anak-anak di sekolah daerah kumuh. Bila usaha ini berhasil maka pemerintah akan melanjutkan tapi bila tidak berhasil tidak dilanjutkan. Dalam usaha meningkatkan usaha agribisnis pedesaan, beberapa kelompok tani bersatu dalam bentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang melakukan pengelolaan usaha bersama di bidang usaha penyediaan sarana produksi, pembiayaan, budidaya, pasca panen, pengolahan hasil dan atau pemasaran hasil pertanian. Dengan asumsi pengelolaan usahatani secara bersama-sama (dalam skala luas) mengakibatkan efisiensi dalam usahatani. Keberhasilan kegiatan ini menyebabkan pemerintah akan melanjutkan atau mengembangkan.
3. Struktur Untuk Melanjutkan Program Pelayanan. Pada saat pelayanan sosial dari organisasi/asosiasi sukarela memperoleh bantuan atau didukung pemerintah, biasanya cenderung melemahkan pelayanan sosial itu sendiri. Tetapi terlepas dari itu, organisasi/asosiasi sukarela tetap memberikan pelayanan sosial seperti organisasi palang merah, yayasan layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) dll.
4. Saluran Bagi Kegiatan Politik. Organisasi/asosiasi sukarela dapat digunakan sebagai sarana bagi individu untuk dapat mengambil bagian dalam proses demokrasi.

Agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, orang-orang yang ada dalam organisasi harus memiliki persyaratan tertentu, dilain pihak harus mengandung kebutuhan individu yang bersangkutan. Karena pekerjaan dalam suatu organisasi memiliki dua fungsi yaitu: 1) mencapai tujuan organisasi, dan 2) memenuhi kebutuhan individu yang menjalankan pekerjaan itu.
Banyak kekeliruan yang terjadi adalah ketika merekrut relawan tidak memperhatikan persyaratan sebagai relawan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh relawan adalah:
1. Apa yang harus diketahui oleh sukarelawan tentang organisasinya sehingga mereka dapat melakukan sesuatu.
2. Apa saja pekerjaan yang harus dilakukan oleh para sukarelawan dalam organisasi.
3. Para sukarelawan memiliki kebutuhan latihan apa saja agar mereka dapat melakukan pekerjaannya.

Agar sukarelawan memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pelatihan bagi sukarelawan. Menurut Slamet (2003) adapun tahap-tahap pelatihan bagi relawan akan dijelaskan berikut ini:
1. Persiapan. Mempersiapkan sukarelawan untuk menerima pelatihan mental dan fisik. Persiapan mental bertujuan untuk menciptakan apakah tujuan pelatihan ini sudah diketahui dengan baik oleh relawan. Sehingga sudah diketahui degan jelas apa keuntungan pelatihan ini untuk dirinya dan untuk organisasi.
2. Perkenalan. Memperkenalkan sukarelawan baru pada orang dalam organisasi
3. Orientasi. Pengenalan organisasi dan pekerjaan atau tugas yang akan dilaksanakannya.
4. Pelatihan Dasar. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan agar dapat melaksanakan pekerjaan.
5. Pelatihan dalam pekerjaan. Sering dikenal dengan On The Job Trainning yaitu supervisi dan konsultasi secara individu melalui bimbingan sehingga relawan menjadi tahu dan terbiasa.
6. Pelatihan lanjutan. Dikenal dengan istilah Advanced Trainning yaitu mendapatkan kompetensi untuk melakukan pekerjaan.
7. Pengakuan. Dikenal dengan istilah Recognition yaitu pengakuan terhadap hasil-hasil yang dicapai sehingga membuat orang merasa berharga/berguna dan telah mencapai sesuatu. Bila perlu diumumkan oleh pimpinan bahwa seorang relawan yang bersangkutan telah mencapai hal tertentu. Kita sering mengenal pengakuan ini dengan pemberian sertifikat atau penghargaan.

Kebanyakan organisasi maupun kelompok sukarela memiliki anggaran dasar yang sederhana dan peraturan atau tata cara yang sangat fleksibel, bahkan seringkali dilupakan atau diabaikan. Hal ini menjadi permasalahan sendiri karena kegiatan menjadi tidak jelas dan tidak terarah serta hanya menurut selera pribadi.
Berdasarkan hal tersebut, pembinaan organisasi sukarela diarahkan pada:
1. Adanya kepemimpinan yang profesional dan cara-cara yang profesional juga
2. Adanya pimpinan sukarelawan yang kompeten, punya kemampuan-kemampuan yang lebih dari teman-teman lainnya.
3. Perlunya kemampuan pengelolaan administratif yang baik dan transparansi dalam pengelolaan.

DAFTAR PUSTAKA

Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga

Popenoe, David. 1989. Sociology. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Phillips, Bernard S. 1979. Sociology: from concept to practice. New York:Mc Graw-Hill, Inc.

Schaefer, Richard T. 1989. Sociology. New York:Mc Graw-Hill, Inc.

Slamet M, 2003. Kumpulan bahan kuliah Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://www.wikipedia.com

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning

PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH