PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH



Metode Belajar Mengajar Guru (Pendidikan Formal)

Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan formal, metode yang digunakan guru tidak sama satu dengan yang lain. Walaupun sasaran/peserta didik cenderung homogen/sama pada jenjang yang sama, terdapat beberapa jenjang pada pendidikan formal yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan penddikan tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan adanya perbedaan orientasi dan tujuan pendidikan disetiap jenjang. Hal ini berpengaruh pada keputusan guru dalam pemilihan metode pembelajaran.

Metode Belajar Mengajar Penyuluh (Pendidikan non formal) 
Pada pendidikan non formal bagi petani/nelayan, penyuluh adalah guru bagi mereka. Sama dengan pendidikan formal, pendidikan non formal (dalam bahasan ini adalah penyuluhan pertanian) juga memiliki tujuan yang harus dicapai tetapi sebagai pendidik/penasehat bagi petani dan keluarganya, pekerjaan penyuluh tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan tetapi juga memotivasi, membimbing dan mendorong petani mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani sehingga dapat hidup yang lebih baik dan sejahtera. 

Berdasarkan hal tersebut, dalam melakukan penyuluhan, baik materi, metode maupun media yang digunakan seorang penyuluh dengan penyuluh yang lain, bahkan penyuluh yang sama dapat menerapkan metode yang berbeda tergantung pada kebutuhan sasaran, tingkat pengetahuan, karakteristik wilayah, tingkat pengalaman sasaran. Berdasarkan hal tersebut, tidak ada satupun metode dapat dikatakan efektif dan efisien yang dapat diterapkan di semua kondisi sasaran. Sebagai contoh, penyuluh pada daerah yang relative maju dengan tingkat pengetahuan peserta didik lumayan tinggi (setingkat SMA pada pendidikan formal), memiliki sikap mental knowledge attitude (selalu ingin tahu) dapat menggunakan metode ceramah dengan bantuan media tercetak (leaflet, brosur, dll) yang dilanjutkan dengan diskusi. 

Pada kondisi daerah yang sama tetapi sikap mental sasaran adalah ego defensive attitude (terlalu berprasangka terhadap hal baru), penggunaan metode ceramah kurang efektif karena pada sikap mental ini sasaran cenderung untuk tidak percaya tanpa melihat bukti nyata. Pada kondisi tersebut, metode demonstrasi merupakan pilihan. Pada metode demonstrasi, apabila hanya ada seorang petani yang mau dan mampu menjadi demonstrator maka metode yang dipilih adalah demonstrasi plot usahatani (demplot) dengan luasan 0,1-0,5 ha untuk komoditi tanaman atau satu satuan unit usaha keluarga peternakan. Dengan menggunakan metode demplot, petani sasaran dapat melihat secara nyata dampak penerapan inovasi teknologi.  

Sedangkan bila ada beberapa orang dalam kelompok yang mau dan mampu menjadi demonstrator maka metode yang lebih efektif adalah demonstrasi usahatani secara kelompok (demfarm), karena selain melihat secara nyata dampak penerapan inovasi teknologi, petani sasaran juga mendapat gambaran nyata tentang penerapan teknologi melalui kerjasama kelompok.

Perbedaan Metode Belajar Mengajar antara Guru dan Penyuluh
Beberapa metode yang umumnya digunakan dalam pendidikan formal adalah metode ceramah, pertemuan diskusi, praktikum dan widyawisaya/karyawisata. Dalam pendidikan formal, metode yang digunakan guru/dosen berbeda antara jenjang pendidikan yang satu dengan yang lain. Bahkan dengan adanya otonomi penyelenggaraan pendidikan, metode juga dapat berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. 

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam setiap jenjang pendidikan formal tidak boleh menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pada penyuluhan, walaupun memiliki kesamaan dengan pendidikan formal yaitu setiap penyuluhan memiliki tujuan yang dapat dicapai dengan menerapkan metode yang sesuai. Tetapi, sangat penting bagi penyuluh untuk memperhatikan kondisi sasaran didik dan kondisi wilayah serta sumberdaya yang dimiliki dalam pemilihan metode dalam penyuluhan yang akan digunakan. 

Penyuluh harus memahami kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki peserta didik dalam usaha mengembangkan swadaya dan kemandirian peserta didik. Untuk memahami hal tersebut, seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk menganalisa dan mengkaji secara mendalam apa yang menjadi minat dan kebutuhan peserta didik, kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan sumberdaya alam serta prioritas dari minat dan kebutuhan tersebut.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning