Aplikasi Teori Sosiologi dalam Penyuluhan Pembangunan

Tidak ada yang tetap didunia ini kecuali perubahan (Heraclicus). Pada dasarnya perubahan dalam masyarakat disebabkan oleh adanya usaha pemenuhan kebutuhan dan sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia akan mengerahkan segala daya dan usahanya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Pengertian pembangunan telah banyak diberikan, sebagai contoh sederhana yaitu pembangunan rumah. Dalam hal ini pembangunan memiliki arti suatu usaha menjadikan atau membuat. Dalam pengertian yang lain, Richard Peet dan Elaine Hartwick (1999) menyatakan bahwa pembangunan merupakan usaha menemukan dunia yang modern. Dalam pembangunan, semua kemajuan dalam ilmu, teknologi, demokrasi, nilai, bangsa dan organisasi sosial dikombinasikan menjadi suatu kesatuan dalam menghasilkan kehidupan yang jauh lebih baik. Pembangunan berarti menggunakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kehidupan orang miskin. Sedangkan Mardikanto, T. (1992) mengartikan pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Pada dasarnya semua kegiatan pembangunan merupakan usaha perubahan berencana yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Pengertian penyuluhan menurut UU No 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, penyuluhan pembangunan merupakan suatu proses pembelajaran/penyampaian informasi dan inovasi pada individu atau masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga individu/masyarakat mau merubah kebiasaan dan pola pikirnya dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya/menuju kehidupan yang lebih baik.
Tetapi bagaimana bila penyuluhan dalam rangka perubahan perilaku masyarakat tidak berhasil? Sudah pasti hal tersebut akan menimbulkan permasalahan dalam pembangunan yang berdampak tidak tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri yaitu kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkualitas. Teori sosiologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari cara orang berinteraksi sosial dan bagaimana mereka memberi makna dari proses interaksi tersebut. Karena dalam melakukan perubahan perilaku (penyuluhan) pada suatu sistem sosial kita perlu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam masyarakat baik yang terjadi maupun yang akan terjadi, kebutuhan nyata yang diinginkan masyarakat untuk dipenuhi (perubahan yang diinginkan masyarakat), sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat sehingga perubahan dapat berjalan tanpa masyarakat kehilangan jati diri (identitas) sehingga penyuluh dapat menentukan bagaimana dia akan memulai suatu perubahan.Dengan demikian, dalam melakukan penyuluhan pasti berkaitan dengan teori sosiologi.
Beberapa teori sosiologi yang dapat digunakan dalam penyuluhan antara lain:
1. Teori fungsional. Suatu masyarakat manusia akan sejahtera, hidup harmonis dan nyaman jika fungsi masing-masing anggota masyarakat bersangkutan tidak lepas dari status, posisi dan peranannya yang telah disepakati bersama dan tidak menyimpang dari tatanan perilaku atau pranata sosial (social order) yang manusiawi dan bermartabat, sehingga gejala konflik atau kejadian konflik sosial tidak terjadi.
2. Teori konflik mengacu pada adanya pertentangan dalam diri individu yang disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kebutuhan dan kenyataan, kesenjangan antara harapan dan kenyataan, kesenjangan distribusi kekuasaan, kesenjangan dalam hal berkeadilan dan kesenjangan dalam hal keterpercayaan sosial (social trust). Konflik bisa terjadi dalam diri individu maupun antar individu. Terkadang konflik diperlukan individu untuk mengetahui kualitas diri (sendiri atau orang lain). Konflik menimbulkan ketidaknyamanan hidup seseorang sebagai akibat dari ketidakmampuannya untuk berinteraksi, biasanya konflik mendorong individu untuk melakukan semacam pelampiasan (kompensasi) atas segala sesuatu yang dianggap salah pada dirinya yang terrefleksi pada perilaku yang tidak normal (menyimpang).
3. Teori interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan antar individu berdasarkan nilai-nilai umum atau perilaku yang dianut bersama.
4. Teori Perubahan Sosial. Perubahan sosial mengacu pada kondisi masyarakat yang mulai meninggalkan nilai lama secara bertahap dan mulai menganut/mengadopsi nilai baru. Sebagai contoh, dahulu hubungan diluar nikah merupakan hal yang tabu tapi pada saat ini di beberapa kota besar asal suka sama suka hal tersebut dianggap biasa.
5. Teori sistem nilai, sistem sosial. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan, memiliki identitas tersendiri dan bisa dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Artinya bahwa ada susunan skematis yang menjadi bagian dari unit tersebut yang memiliki hubungan ketergantungan antar bagian. Masyarakat memiliki batas yang berhubungan dengan lingkungan (secara fisik, teknis, dan sosial), yang memiliki proses eksternal dan internal. Loomis dalam Boyle (1981) menyatakan bahwa suatu sistem sosial merupakan komposisi pola interaksi anggotanya. Boyle (1981) mendefinisikan beberapa unsur dalam sistem sosial yaitu tujuan, norma, status peran, kekuatan, jenjang sosial, sangsi, fasilitas, dan daerah kekuasaan. Selain itu, terdapat proses yang terjadi dalam sistem tersebut yaitu komunikasi, pembuatan keputusan, pemeliharan batasan, keterkaitan sistem. Sistem nilai mengacu pada bagaimana anggota masyarakat menyesuaikan dirinya untuk bertingkah laku berdasarkan acuan.
6. Teori perilaku kolektif. Perilaku kolektif (collective behavior) merupakan cara pandang, bersikap dan bertindak yang dianut dan diterapkan dalam masyarakat. Perilaku kolektif terjadi pada saat kebutuhan mereka tidak terpenuhi dan/atau harga diri mereka direndahkan oleh individu di luar sistem sosialnya. Bentuk perilaku kolektif bermacam macam mulai paling sopan, toleran dan sabar sampai pada paling keras, beringas dan anarkis. Perilaku kolektif umumnya ditunjukkan oleh masyarakat yang relatif homogen dan tertutup.
Terdapat dua usaha yang dilakukan dalam penanganan masalah sosial yaitu pengobatan dan pencegahan. Pengobatan dilakukan pada masalah sosial yang sudah terjadi melalui isolasi kasus, perlakuan psikologikal dan fisiologikal, perlakuan sosial/hukuman, supremasi hukum. Sedangkan upaya pencegahan dilakukan pada masalah sosial yang mungkin terjadi dengan cara mengembangkan keterpercayaan sosial, budaya, pola hidup/gaya hidup sederhana, dan pengakuan pada peran dan fungsi individu.Teori tersebut diatas dapat digunakan dalam usaha mengatasi dan mengantisipasi masalah sosial yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa contoh penanganan masalah sosial dengan menggunakan teori sosiologi.
Salah satu tujuan utama kegiatan penyuluhan pembangunan dalam berbagai bidang (pembangunan) adalah agar sasaran penyuluhan selaku subyek mampu mengembangkan kesadarannya untuk mengubah perilakunya sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menempatkan perubahan (yang positif) sebagai bagian dari kebutuhannya untuk hidup lebih sejahtera dan berkualitas. Bila penyuluhan tidak berhasil maka akan menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, untuk itu perlu diidentifikasi kemungkinan penyebab dan akar masalahnya untuk dapat melakukan pencegahan bagi masalah yang mungkin terjadi.
Permasalahan yang terjadi yaitu ketidakberhasilan penyuluhan dalam rangka perubahan perilaku mengakibatkan kegagalan pembangunan yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat tidak tercapai dan masyarakat tidak berkualitas. Penyuluh harus dapat mengidentifikasi apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi dan bagaimana dia dapat mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan teori sosiologi yang bisa dijadikan alasan untuk melakukan perubahan didalam sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, diketahui bahwa akar masalahnya antara lain:
1. Tidak berfungsinya peran perencana dan pelaksana perubahan perilaku berkaitan dengan ketidakmampuan perencana dan pelaksana untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat sehingga mengakibatkan pelaksanaan penyuluhan tidak optimal. Dalam hal ini penyuluh perlu memahami teori fungsional, dimana jika perencana atau pelaksana pembangunan tidak menjalankan fungsinya dengan baik akan menimbulkan konflik (timbulnya perilaku menyimpang). Untuk mengantisipasi masalah ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan bagi perencana dan pelaksana agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik serta dengan menyadarkan mereka tentang pentingnya posisi, peran dan fungsi mereka dalam pembangunan (memberi pengakuan).
2. Masyarakat tidak menyadari sumberdaya yang dimiliki sehingga masyarakat tidak yakin bahwa mereka mampu merubah tingkah lakunya. Berdasarkan hal tersebut yang dapat dilakukan adalah menyadarkan masyarakat bahwa mereka memiliki sumberdaya yang bila dimanfaatkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Proses penyadaran dapat dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan non formal dan pelaksanaan program pembangunan dengan pendekatan partisipatif.
3. Masyarakat cenderung mempertahankan nilai yang selama ini dianggap benar (value expressive dan ego defensif attitude). Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak mempercayai bahwa dengan merubah perilaku mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam hal ini penyuluh berhadapan dengan perilaku kolektif dimana masyarakat sasaran cenderung untuk mempertahankan statusnya. Untuk itu, sebaiknya penyuluh dapat membangun kepercayaan masyarakat pada dirinya setelah itu melakukan penyadaran pada masyarakat bahwa dengan perubahan perilaku (biasanya berkaitan dengan penerapan inovasi), kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah melalui sistem latihan dan kunjungan (pendekatan kelompok dan pendekatan individu).

Masalah lain yang sering dihadapi oleh masyarakat adalah kerusakan alam dan masalah sosial yang berdampak negatif yaitu masyarakat manusia yang berciri lebih menyengsarakan dan jajaran pemerintah yang berciri: lebih banyak melakukan pengeluaran dana untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan analisa permasalahan kerusakan alam dan berbagai masalah sosial yang dihadapi saat ini, diketahui bahwa terdapat beberapa akar masalah dan melalui ilmu sosiologi dan ilmu penyuluhan pembangunan dapat diatasi, minimal dikurangi melalui usaha sebagai berikut:
1. Memudarnya peran gate keeper dalam masyarakat. Dalam hal ini, penyuluh harus mengerti teori sistem sosial dimana dalam sistem sosial, masyarakat merupakan satu unit yang berbeda dengan yang lainnya dimana terdapat nilai atau norma yang tetap dipertahankan sebagai identitas masyarakat. Dalam hal ini, peran gate keeper dalam menjaga masyarakat masih diperlukan sebagai penyaring nilai yang boleh dan tidak boleh berkembang dalam masyarakat dan dalam mengendalikan Demonstration effect. Untuk itu, perlu penyadaran masyarakat tentang pentingnya peranan gate keeper tersebut sehingga masyarakat dapat mengakui kembali keberadaan gate keeper.
2. Konflik Kepentingan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang. Dalam pemecahan masalah, penyuluh berkaitan dengan teori konflik, dimana konflik terjadi menimbulkan ketidaknyamanan hidup individu yang sering direfleksikan pada bentuk perilaku yang cenderung menyimpang seperti tindakan korupsi sebagai akibat dari adanya kesenjangan pemenuhan kebutuhan (antara yang diinginkan dan kenyataan) dimana pada saat seorang PNS panitia pengadaan golongan III sangat ingin memiliki mobil keluaran terbaru tapi kenyataannya gajinya tidak mencukupi untuk membeli mobil/mencicil maka pada saat seorang pengusaha yang ingin memenangkan lelang pengadaan memberikan iming-iming sebuah mobil bila perusahaannya menang pada tender tersebut, PNS tersebut berada dalam konflik dimana dia harus menjalankan tugasnya dengan baik dan keinginannya untuk memiliki mobil. Untuk mengantisipasi permasalahan ini (perilaku menyimpang yaitu korupsi) tidak menjadi budaya dalam masyarakat maka pengendaliannya dapat melalui diterapkannya hukuman sosial (dikucilkan) bahkan dengan hukuman penjara (tindak pidana korupsi).

Kemajuan dan kualitas sumberdaya manusia di satu negara umumnya dinilai dari tingkat kesejahteraan masyarakat, kualitas pelayanan publik, tegak-kokohnya supremasi hukum serta minimnya keberadaan masalah-masalah kriminal dan sosial. Disamping itu, di negara-negara maju diterapkan pula indikator demokrasi dan keterpercayaan sosial (social trust) dimana warga masyarakat tidak pernah merasa khawatir dibohongi ketika mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapa dan apa saja. Bila kondisi ini tidak terjadi, menunjukkan ada yang salah.
Berdasarkan analisa permasalahan di atas menunjukkan adanya perilaku menyimpang yang dilakukan masyarakat sebagai akibat dari:
1. Konflik kepentingan. Adanya konflik kepentingan yang menunjukkan pelaksanaan pendidikan dimana pemerintah lebih mementingkan pendidikan hanya sebagai perbaikan kognitif dan psikomotorik sehingga tidak memperhatikan perubahan afektif (sikap). Hal ini menyebabkan, memudarnya nilai kebaikan dalam masyarakat sehingga masyarakat tidak dapat membedakan perilaku yang seharusnya dilakukannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan pelajaran seperti budi pekerti di pendidikan formal, non formal dan informal.
2. Encernya perekat sosial dan perubahan sistem nilai menyebabkan solidaritas masyarakat rendah dan sulitnya individu mengendalikan ego yang dilihat dari kebohongan yang sering dilakukan oleh individu baik pada dirinya maupun pada orang lain sehingga berdampak pada kekahawatiran individu tersebut akan kebohongan yang dilakukan orang lain padanya (menurunnya keterpercayaan sosial). Hal yang dapat dilakukan adalah mengembangkan budaya menghormati dan mengembangkan kejujuran dalam masyarakat.

Comments

  1. ta kasih otoritas buat posting ya mbak?
    tapi tentang penyuluh

    ReplyDelete
  2. Untuk mengembangkan kemampuan analisis memang bagus segala pemikiran dituangkan dalam blog ini

    Adi
    arsury.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning

PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH