FENOMENA BAYI BARU LAHIR


Sebagai individu, manusia merupakan makhluk yang berbeda satu dengan yang lain dan membentuk individu yang unik. Dalam pembentukan individu tersebut, manusia tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan kuantitatif dalam diri individu, misalnya dari kecil menjadi besar. Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses perubahan kualitas dalam diri individu.
Setiap proses perkembangan masing-masing individu memiliki pola yang khas, dimana tidak ada satu individu yang identik sama. Oleh karena itu, masing-masing individu akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang unik. Dalam teori genetika disebutkan bahwa fenotipe adalah hasil interaksi antara genetik dan lingkungannya.
Bila dihubungkan dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia, faktor genetik merupakan faktor dalam diri individu yang diwariskan dari orang tuanya meliputi bakat, pembawaan, potensi-potensi psikis dan fisik. Sedangkan faktor sosial merupakan faktor dari luar individu meliputi kondisi lingkungan yang terjadi dalam proses perkembangan baik yang mendukung maupun tidak.
Sejak mulai terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel telur, maka pada saat itu sudah dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (janin). Dan mulai saat itu, lingkungan berperan pada pembentukan pola/karakter individu. Perilaku janin dalam rahim ibunya juga menunjukkan pola yang berbeda, ada janin yang selalu bergerak aktif atau ada janin yang hanya bergerak pada saat tertentu. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh makanan/gizi yang dikonsumsi oleh orangtuanya bahkan beberapa penelitian menyatakan bahwa kondisi psikologi ibu yang mengandung dapat mempengaruhi sifat bayi nantinya.
Pengaruh genetik dapat dilihat pada bayi yang baru lahir, mulai dari sifat fisik bayi (warna kulit, rambut dll) bahkan tangisan bayipun berbeda antara bayi yang satu dengan lainnya. Pengaruh genetik berlanjut dalam perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan adanya perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin. Pada kenyataannya, anak laki-laki cenderung lebih aktif, memiliki inisiatif, agresif dan berorientasi fisik dalam memanipulasi objek. Sedangkan anak perempuan, cenderung pada mengobservasi lingkungan daripada memanipulasi objek, dan mereka lebih memperhatikan serta mendengarkan. Anak perempuan juga cenderung lebih matang secara fisik.
Besarnya pengaruh genetik bukan berarti mengecilkan pengaruh lingkungan. Pada kenyataannya seorang anak yang aktif dan memiliki saudara atau anak tua lebih memilih menghabiskan waktunya dengan bermain adu fisik, tetapi anak yang tidak memiliki teman bermain menghabiskan banyak waktunya untuk mengamati/mempelajari lingkungan fisik. Kenyataan tersebut didukung oleh Hesmann dkk. 1984; Patterson dan stouthamer-Loeber. 1984; dan Steinmetz.1977 yang menyatakan bahwa anak laki-laki yang dibesarkan dilingkungan yang brutal/sadis kemungkinan akan memiliki tindakan yang mengarah pada perkelahian dan tindakan yang tidak menyenangkan terhadap temannya (bullying). Sedangkan Maccoby dan Martin, 1983; Rohner dan nielsen, 1978; Staub, 1979) menyatakan bahwa anak-anak yang sama tapi dibesarkan dalam lingkungan yang menyenangkan, akan lebih manusiawi, cenderung menjadi percaya diri, tapi tidak agresif dan cenderung menjadi pemimpin. Berdasarkan hal tersebut, meskipun pengaruh genetik dapat dipastikan membentuk perilaku individu, tetapi dengan adanya pengaruh lingkungan akan mempengaruhi kebiasaan.
Pada beberapa kasus, kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh berikut: pada dua anak kembar identik, apakah dipastikan akan menjadi individu dewasa yang identik pula apabila lingkungan dikondisikan sama. Atau apakah kedua anak kembar identik tersebut dapat dipastikan akan menjadi seorang yang berbeda bila mereka dipisahkan atau diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya. Dalam hal ini tidak dapat dipastikan mana yang lebih berpengaruh.
Berdasarkan beberapa fakta yang ada pada dasarnya seorang bayi yang baru lahir telah membawa materi genetik yang berasal dari kombinasi gen kedua orang tuanya dengan kata lain bayi yang baru lahir bukanlah sesuatu yang kosong tetapi lebih pada sesuatu yang telah ada isinya tapi isi tersebut bukanlah sesuatu yang tidak dapat dirubah kecuali sifat dasarnya.

Comments

  1. artikelnya mantep
    tp bagi yang punya penalaran standard jd ga mudeng.
    winget shortmi ga dipasang mbak?

    ReplyDelete
  2. sebenarnya ini dasar pemikiran pengembangan sumberdaya manusia. bagaimana pun setiap individu memiliki karakter yang berbeda yang mempengaruhi tingkah lakunya (kualitas sumberdaya manusianya) tapi bukan berarti hal itu tidak dapat berubah.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning

PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH