PENYULUH HUMANISTIK

Tulisan berikut adalah hasil perbaikan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Belajar Mengajar (KPM 513). Ujian sebenarnya dilaksanakan pada hari senin tanggal 19 Januari 2009. Dosen mata kuliah (Dr. Soenarmo J Hatmodjosoewito) menawarkan bila kami kurang puas dengan jawaban kami, kami dapat memperbaikinya sampai dengan hari rabu tanggal 21 Januari 2009. Sebenarnya soal ujian tidak berbentuk judul tapi dalam jawaban perbaikan saya buat dalam bentuk artikel. Tidak tahu apakah artikel ini dapat menjawab pertanyaan dari ujian tersebut. I hope..... soal asli akan saya tampilkan juga lho .....

1. Bagaimana pendapat saudara/i dengan metode humanistik, apakah perlu hukuman atau kedisiplinan dalam menjaga kesinambungan program yang telah dibuat?
2. Maslow menyatakan bahwa seorang peserta pelatihan tidak akan termotivasi untuk belajar di suatu kegiatan pelatihan kalau perutnya lapar kecuali kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Akan tetapi, penyuluh tidak mempunyai kewajiban dan berada di posisi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Apakah ini berarti penyuluh tidak dapat memotivasi peserta pelatihan/petani seperti untuk belajar? Mengapa iya atau mengapa tidak?
3. Seorang petani peserta pelatihan sudah menguasai materi pelatihan dan mereka sudah mampu untuk digunakan dalam pengembangan usahataninya. Tetapi penyuluh tersebut menilai pengetahuannya masih bisa ditambah untuk itu kira-kira bagaimana penyuluh tersebut untuk dapat menambah dan melengkapi informasi yang bermakna dan sangat diperlukan melalui metode humanistik?
4. Menurut anda apa perbedaan antara learnning, development dan thinking? Mengapa kejelasan mengenai hal ini menjadi penting? Bagaimana ketiga hal ini mempengaruhi keputusan anda sebagai seorang penyuluh?
5. Apa perbedaan penting antara taksonomi Bloom dengan taksonomi Gagne? Yang mana dari dua taksonomi ini yang lebih berguna dalam kegiatan penyuluhan? Mengapa?

KEBERADAAN HUKUMAN ATAU KEDISIPLINAN DALAM METODE HUMANISTIK UNTUK MENJAGA KESINAMBUNGAN PROGRAM


Mempelajari manusia, tidak dapat dipandang dari satu sisi saja karena manusia adalah makhluk yang kompleks. Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam menjalani hidupnya, manusia selalu ingin memiliki peran dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dan untuk meningkatkan nilai tambah dirinya di masyarakat, manusia memerlukan pendidikan baik formal, non formal maupun informal. Walaupun, masyarakat mengetahui bahwa pendidikan itu penting, tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal. Oleh sebab itu, pendidikan non formal merupakan alternatif pendidikan yang dapat ditempuh. Salah satu pendidikan non formal yang umumnya dilakukan dibidang pertanian adalah penyuluhan dengan sasaran didik adalah manusia dewasa.
Pada dasarnya, perbedaan dalam mendidik orang dewasa terutama pada metode yang digunakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan adalah faktor diri manusia/sasaran didik itu sendiri, bagaimana seorang penyuluh dapat memahami manusia/sasaran penyuluhannya sebagai subyek bukan sekedar obyek. Orang dewasa biasanya dapat belajar dengan baik bila merasakan adanya keuntungan yang didapat dari belajar tersebut. Oleh karena itu, penyuluhan biasanya dilakukan dengan menggunakan metode humanistik. Pada metode humanistik, peserta/sasaran didik dipandang sebagai individu yang kompleks dan unik sehingga dalam menanganinya tidak bisa dipandang dari satu sisi saja.
Hukuman atau kedisiplinan yang biasa diterapkan pada sekolah umumnya pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemauan siswa untuk belajar. Tetapi apakah hukuman atau kedisiplinan dalam metode humanistik tersebut masih perlu diterapkan dalam menjaga kesinambungan program pembelajaran bagi orang dewasa/penyuluhan.
Dalam metode humanistik, kehidupan dan perilaku seorang yang humanis antara lain lebih merespon perasaan, lebih menggunakan gagasan siswa dan mempunyai keseimbangan antara teoritik dan praktek serta sedikit ritualitik dll.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
a. kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
b. Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya.
c. Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan.
d. Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.
Konsep ini berbeda dari konsep yang dikemukakan oleh Skinner yaitu hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian dan perilaku seseorang adalah melalui Reward & Punishment. Skinner menggunakan penghargaan dan hukuman secara aktif untuk mempercepat proses belajar. Dengan kata lain, dalam belajar individu dapat dimotivasi dengan adanya penghargaan dan hukuman.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki potensi dan keunikan masing-masing yang dibentuk dari bakat dan pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu adanya perhatian untuk memahami tingkah laku dan persepsi dari sudut pandangnya, tentang perasaan, presepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku dari dalam (inner) yang membuat setiap individu berbeda dengan individu yang lain.
Materi penyuluhan yang diberikan relevan dengan kebutuhan dan tujuan mereka sendiri, selain itu kegiatan penyuluhan merupakan sebuah proses menuju pada prubahan sikap/organisasi dan persepsi diri seseorang, oleh karenanya proses ini akan berjalan dengan baik tanpa adanya tekanan dan ancaman yang pada ahirnya kan menciptakan kebebasan dan kreatifitas serta kemandirian dari peserta belajar.
Sebagai individu yang kompleks, manusia juga tidak terlepas dari aturan yang membatasi hak dan kewajiban individu terhadap hak dan kewajiban individu lainnya. Oleh karena itu dalam usaha menciptakan ketertiban, penerapan kedisiplinan yang merupakan salah satu bentuk hukuman masih perlu diterapkan untuk menjamin keberlanjutan program. Tetapi yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seorang penyuluh adalah menyadarkan serta memberi pengertian pada peserta/sasaran didik bahwa penerapan kedisiplinan bukanlah sebuah tekanan tapi lebih pada upaya dalam menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung keberlanjutan program.

PERANAN PENYULUH DALAM MEMOTIVASI PESERTA PELATIHAN YANG BERADA PADA TINGKAT KEBUTUHAN DASAR

Kemampuan peserta didik sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain motivasi, sikap, minat, kebisaan belajar dan konsep diri.
Perasaan individu dan persepsi pribadi biasanya berhubungan dengan teori kognitif tentang motivasi. Walau bagaimanapun, ketertarikan humanis pada persepsi diri tidak terbatas dari tingkah laku di sekolah dan juga prestasinya. Humanistik menekankan pentingnya pemahaman seorang murid tentang persepsi dunia dalam rangka memenuhi potensi dasarnya.
Maslow menyatakan bahwa seorang peserta pelatihan tidak akan termotivasi untuk belajar di suatu kegiatan pelatihan kalau perutnya lapar kecuali kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut, Apakah ini berarti penyuluh tidak dapat memotivasi peserta pelatihan/petani yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya untuk belajar dengan baik padahal, penyuluh tidak mempunyai kewajiban dan berada di posisi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Keller (1983) mensintesa banyak teori motivasi untuk membentuk model aplikasi yang terdiri dari empat hal utama: (1) minat, atau perluasan keingintahuan pembelajar yang terbangun dan tersedia tiap waktu; (2) relevansi, keterkaitan antara atau persepsi pembelajar mengenai instruksi belajar dengan kebutuhan atau tujuan individu; (c) ekspektasi, atau perasaan pembelajaran dalam memperoleh kesuksesan dalam menangani kontrol individu; dan (4) kepuasan, yang terkait dengan motivasi intrinsik pembelajar dan respon untuk mendapat penghargaan ekstrinsik.
Beberapa ahli psikologi percaya bahwa semua tingkah laku manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menghindarkan dari ketidak senangan. Maslow (1962) mengkonsepkan sebuah hierarki dari kebutuhan yang disusun menurut prioritas
1. kebutuhan psikologi (tidur, haus)
2. kebutuhan akan keamanan( kebebasan daru bahaya, kecemasan dan perawatan psikologi)
3. kebutuhan akan kasih sayang (diperoleh dari orang tua, guru dan bangsawan)
4. kebutuhan untuk dihargai (pengalaman yang berharga, kepercayaan didi dalam kemempuannya)
5. kebutuhan untuk aktualisasi diri (ekspresi diri yang kreatif, berusaha untuk mencari keingintahuan)
Dalam usaha mencapai keberhasilan dalam proses belajar yang ditunjukkan oleh kemandirian petani, seorang penyuluh harus dapat memahami proses belajar yang dialami oleh sasarannya, meliputi jenis belajar, cara belajar, prinsip-prinsip belajar, ciri belajar dan faktor psikologis yang mempengaruhinya.
Penyuluhan juga memiliki tujuan yang harus dicapai sehingga sebagai pendidik/penasehat bagi petani dan keluarganya, pekerjaan penyuluh tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan tetapi juga memotivasi, membimbing dan mendorong petani mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani sehingga dapat hidup yang lebih baik dan sejahtera.
Terkait dengan kegiatan motivasi tersebut maka seorang penyuluh harus memahami bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan. Dan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap manusia tersebut akan berbeda-beda menurut tingkat kebutuhan masing-masing. Seseorang yang kebutuhan fisiologis (dasarnya) belum terpenuhi maka akan sulit untuk diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh penyuluh pertanian yang pada dasarnya merupakan kebutuhan yang lebih tinggi. Oleh karena perlu adanya motivasi dari para penyuluh sehingga kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dapat diikuti oleh peserta pelatihan.
Berkaitan dengan adanya tingkat kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap orang maka 5 Konsep penting Motivasi Belajar:
1. motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda.
2. motivasi belajar bergantung pada suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3. motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi.
4. motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.
5. motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk hidup yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang didapat. Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka pada kondisi tertentu, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai contoh seorang yang lapar atau yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk memenuhi kebutuhan terlebih dahulu karena yang terpenting adalah mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik); namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Penting diketahui bahwa setiap individu memiliki perbedaan dari segi genetik (bakat) dan lingkungan yang mempengaruhi performens manusia. Hal tersebut menyebabkan perbedaan baik dari segi ekonomi, status, jabatan dan lain lain yang bisa ditunjukkan dari kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi penyuluh untuk memahami keberadaan motivasi peserta penyuluhan sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah motivasi seperti penghargaan. Sehingga penyuluh harus mampu mengetahui tingkat kebutuhan peserta/sasaran didik sehingga dapat dengan mudah menentukan strategi yang akan diterapkan dalam proses belajar yang diselenggarakan.
Dalam usaha mengembangkan swadaya dan kemandirian peserta didik, seorang penyuluh harus memahami kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki peserta didik. Untuk memahami hal tersebut, seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk menganalisa dan mengkaji secara mendalam apa yang menjadi minat dan kebutuhan peserta didik, kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan sumberdaya alam serta prioritas dari minat dan kebutuhan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, seorang penyuluh harus mampu memberikan motivasi belajar pada peserta/sasaran didik berdasarkan tingkat kebutuhan mereka, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi penyuluhan, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri peserta apabila penyuluh memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya. Karena pada dasarnya memotivasi merupakan memberikan semangat kepada individu melalui pemberian ransangan, memelihara rasa ingin tahu mereka dengan tujuan, mendorong, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Pada kasus peserta/sasaran didik yang berada pada tingkat belum dapat memenuhi bagi kebutuhan fisiologisnya (rasa lapar), sulit bagi penyuluh untuk memotivasi mereka untuk mau belajar dengan baik. Dalam hal ini, motivasi yang diberikan penyuluh adalah menyadarkan mereka bahwa dengan usaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka dalam berusaha lebih baik pada akhirnya dapat membuat mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

STRATEGI PENYULUH DALAM MENAMBAH INFORMASI BERMAKNA MELALUI METODE HUMANISTIK

Setiap manusia melewati beberapa posisi dan peran yang berbeda dalam siklus hidupnya. Perubahan dalam kehidupan mereka muncul akibat perpindahan/mobilitas baik secara geografi dan sosial dan akibat adanya keberagaman kebiasaan masyarakat selama kehidupan mereka. Sehingga setiap individu selalu dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kapasitas dirinya melalui kegiatan belajar.
Berdasarkan hal tersebut, walaupun seorang petani sudah menguasai materi pelatihan dan mereka sudah mampu untuk digunakan dalam pengembangan usahataninya sehingga mampu meningkatkan hasil produksinya. Namun penyuluh harus mampu memberikan informasi tambahan kepada petani dan melengkapi informasi yang bermakna untuk memfasilitasi petani sehingga lebih maju lagi. Permasalahan dalam melengkapi informasi adalah bagaimana strategi yang dilakukan penyuluh dengan menggunakan metode humanistik dapat memberi informasi tambahan yang bermakna bagi petani
Dalam hal ini, menurut Ausubel terdapat dua macam proses belajar yakni belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna berarti informasi baru diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya perlu bila pembelajar mendapatkan fenomena atau informasi yang sama sekali baru dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya. Dengan cara demikian, pengetahuan pembelajar selalu diperbarui dan dikonstruksikan terus menerus Proses psikologi yang berpengaruh antara lain:
- Motivasi : Dalam psikologi pendidikan harus ada motivasi karena motivasi sebagai dorongan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
- Perasaan : perasaan sebagai fungsi jiwa adalah mempunyai arti memulai terhadap situasi dimana dengan kita berpadu secara pribadi dengan situasi yang ditempatinya.
- Ingatan : Ingatan ini mempunyai fungsi untuk menyimpan, bahwa segala sesuatu yang pernah kita kenali dan kita lihat selalu tertinggalkan jejaknya / pasti ada bekasnya, ingatan ini tidak hanya terjadi pada masa kini saja, tetapi juga masa lalu, yang pernah kita kenali.
- Fantasi : Fantasi ini sering disamakan dengan khayalan, yaitu daya jiwa untuk menciptakan tanggapan - tanggapan baru dengan bantuan tanggapan - tanggapan yang sudah ada, jadi fantasi ini menjadi unsur menciptakan sesuatu yang baru dalam jiwa.
- Perhatian : Untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat melaksanakan tujuan- tujuannya, maka individu perlu mengenali. Artinya pada saat itu hanya benda itulah yang paling kita sadari, sedang benda -benda lain disekitarnya tidak disadari sepenuhnya
- Pengamatan : Pengamatan merupakan aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan - rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia dapat mengenali sesuatu.
- Tanggapan : Tanggapan itu merupakan bayangan/kesan/kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali. Bekas jejak yang tertinggal pada kita dapat kita timbulkan kembali sebagai tanggapan
Belajar bermakna, dalam memperoleh sebuah informasi petani tidak hanya mengetahui tetang informasi yang diperolehnya, tetapi bagaimana petani juga mengerti tentang informasi yang diperoleh sehingga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penyampaian informasi merupakan proses pembelajaran kepada petani agar petani memperoleh pendidikan dan pengetahuan. Penyampaian informasi kepada petani harus yang sesuai dengan kebutuhan petani. Petani memperoleh informasi tidak hanya mengetahui tetapi harus mengerti. Belajar bermakna petani diharapkan mengerti mengenai masalah informasi.
Berdasarkan hal tersebut penyuluh harus dapat menseleksi informasi yang benar-benar dapat dimanfaatkan sasaran dan mencegah terjadinya overload information yaitu keadaan individu atau sistim dimana input komunikasi (informasi) lebih dari semestiya yang tidak bisa diproses atau digunakan, dan penting untuk dipecahkan. Dengan mengerti apa yang dibutuhkan oleh sasaran, penyuluh dapat selektif menyampaikan pada mereka hanya informasi yang berhubungan.


PENTINGNYA PEMAHAMAN BEBERAPA ISTILAH DALAM BELAJAR BAGI PENYULUH

Sebagai individu, manusia tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan kuantitatif dalam diri individu, misalnya dari kecil menjadi besar. Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses perubahan kualitas dalam diri individu.
Hidup dan tumbuh/berkembang adalah proses belajar. Dalam hidupnya manusia belajar berjalan, berbicara, mengenal satu sama lain, membakar kue, menikah, membesarkan anak, mengalami pensiun dan menjalani masa tua dengan bahagia, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan tugas-tugas pengembangan. Untuk memahami perkembangan manusia, seseorang harus mengerti tentang hakikat belajar. Sedangkan dalam belajar itu memerlukan proses berpikir. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan penyuluhan sangat penting bagi seorang penyuluh memahami pengertian dari belajar (learning), perkembangan (development) dan thinking (berpikir) dan hubungan antara ketiga istilah tersebut sehingga penyuluh dapat mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program-program penyuluhan pertanian
Learning (belajar) ialah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar adalah proses mental yang aktif terjadi pada seseorang individu, untuk menghasilkan perubahan perilaku orang yang bersangkutan. Perubahan tersebut terjadi karena pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dan dialami oleh orang-orang yang belajar tersebut. Belajar adalah proses kompleks dan aktif dilakukan sendiri oleh orang yang belajar itu.
Development (perkembangan) ialah proses perubahan kualitas dalam diri individu menyangkut fungsi jasmaniah dan kejiwaan yang berlangsung dalam proses yang menyeluruh.
Thinking (pemahaman/pemikiran) ialah berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Bruner (1964) mempertimbangkan berpikir mencakup pengetahuan membuat, mengaitkan atau menyimbolkan. Berpikir merupakan Berpikir berarti latihan atau penerapan kemampuan kognitif (bersikap dan mencoba menjawab pertanyaan, mencari ingatan, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi yang potensial untuk suatu masalah).
Dengan aktivitasnya sendiri, dalam benak orang terjadi proses mental. Proses mental itu menyangkut proses berfikir, yang hasilnya adalah terjadinya tambahan pengetahuan baru, minat baru, atau sikap mental baru. Jadi proses belajar hanya terjadi pada orang yang belajar itu. Ia belajar dari hal-hal yang dilakukannya sendiri dan ia belajar dari pengalamannya sendiri. Berfikir adalah bentuk tingkah laku yang terimplisit dalam bentuk symbol baik berupa ide-ide, pengetahuan, dan konsep-konsep yang sederhana dikerjakan. Sehingga berfikir merupakan proses yang dinamik.
Kejelasan mengenai pengertian pembelajaran, perkembangan, dan berfikir adalah penting karena ketiganya akan saling mempengaruhi dan saling mengisi di dalam proses perkembangan manusia sehingga karena belajar merupakan proses mental yang menyangkut proses berfikir, yang hasilnya adalah terjadinya tambahan pengetahuan baru, minat baru, atau sikap mental baru.
Perkembangan manusia dicirikan oleh adanya serangkaian tugas atau peran yang harus dipelajari oleh manusia selama masa hidupnya. Beberapa dari tugas-tugas ini berada pada usia kanak-kanak (childhood) dan remaja (adolescene), dan sebagian lainnya muncul sepanjang usia dewasa (adulthood) dan tua (old age). Keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut akan mengarah pada tercapainya kepuasan atau kebahagiaan, dan akan mengarah pada keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas pengembangan berikutnya, di lain pihak kegagalan dalam pelaksanaan tugas ini dapat melahirkan ketidakbahagiaan dalam diri individu, dicela oleh masyarakat, dan kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan lainnya.
Dalam setiap tahap perkembangan individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang dapat dipenuhi melalui proses pembelajaran sehingga seorang individu akan mendapatkan pengetahuan baru, pengalaman baru dll, yang memerlukan proses berfikir akan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang didapat.
Dengan demikian, dalam kegiatan penyuluhan atau seorang penyuluh harus menekankan pada kemampuan berfikir peserta/sasaran didik dalam belajar pada setiap tahap perkembangannya. Karena dengan terjadinya proses berfikir maka peserta/sasaran didik dapat memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru. Sebagai seorang penyuluh harus bisa mengatur dan mengarahkan kliennya melalui ketiga kegiatannya di atas.

PERBEDAAN TAKSONOMI BLOOM DENGAN TAKSONOMI GAGNE SERTA KEGUNAANNYA DALAM KEGIATAN PENYULUHAN

Manusia hidup itu tumbuh dan berkembang, dengan pertumbuhan itu manusia dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungannya dan dengan perkembangan manusia dapat menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan hal tersebut, manusia selalu mengalami perubahan tingkah laku sehingga mampu mencari dan menemukan kesejahteraan hidupnya.
Dalam usaha menemukan kesejahteraan hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar. Sedangkan proses belajar itu tidak dapat dipisahkan dari tinjauan psikologis belajar. Untuk itu, teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu yang pada dasarnya adalah untuk meningkatkan keberhasilan suatu proses belajar. Oleh karena itu, penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui perbedaan teori yang mendasari pelaksanaan suatu program pendidikan sehingga dapat menentukan teori yang paling sesuai sebagai dasar dilaksanakannya suatu program.
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom (1974) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Sedangkan Gagne (1978) membagi taksonomi tujuan pembelajaran menjadi lima kategori yaitu informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampua (Gagne, 1988). Menurut Gagne ada lima kemampuan. Ditinjau dari segi hasil yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan ini berbeda-beda.
1. Keterampilan Intelektual
Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-keterampilan intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan-keterampilan intelektual ini, dapat digolongkan berdasarkan kompleksitasnya yaitu diskriminasi, konsep konkret, konsep terdefinisi, aturan, dan aturan tingkat tinggi. Perbedaan yang berguna antara keterampilan-keterampilan intelektual untuk tujuan-tujuan pengajaran.
2. Strategi-strategi Kognitif
Suatu jenis keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internasional yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat dan berpikir (Gagne, 1985). Walaupun siswa menggunakan strategi-strategi khusus dalam melaksanakan tugas-tugas belajar, untuk memudahkan, strategi-strategi kognitif itu dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu menghafal, elaborasi, pengaturan, metakognitif dan efektif.
3. Informasi Verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal; menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi (Anderson, 1985;E.D. Gagne, 1985).
Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lain-lainnya.
4. Sikap-sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang-orang lain. Karena itu Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial ini.
5. Keterampilan-keterampilan Motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya bila membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran sians, bagaimana menggunakan berbagai macam alat, seperti mikroskop, berbagai alat listrik dalam pelajaran fisika, dan buret, alat distilasi dalam pelajaran kimia.

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran yang diberikan kepada individu terutama orang dewasa agar mereka dapat berubah. Dalam pendidikan orang dewasa, pandangan tentang orang dewasa itu bukanlah seperti cangkir kosong yang tidak mengetahui apa-apa melainkan “secangkir air “ yang memiliki pengetahuan dalam bentuk pengalaman.
Mengacu pada pengertian penyuluhan itu sendiri yang merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Maka jelaslah bahwa dalam penyuluhan tujuan pendidikan tidak hanya pada kognitif saja tapi juga pada peningkatan kemampuan afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, taksonomi yang lebih tepat adalah taksonomi Bloom.

Comments

Popular posts from this blog

SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning

PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH