ANALISA MASYARAKAT PEDESAAN STUDI KASUS MASYARAKAT KAMPUNG CIPTAGELAR
Kelembagaan adalah social form ibarat organ-organ dalam tubuh manusia yang hidup dalam masyarakat. Kata “kelembagaan” menunjuk kepada sesuatu yang bersifat mantap (established) yang hidup (constitued) di dalam masyarakat. Suatu kelembagaan adalah suatu pemantapan perilaku (ways) yang hidup dalam suatu kelompok orang. Ia merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola.
Terdapat silang pendapat apakah kelembagaan itu adalah organisasi yang berakibat bahwa suatu kelembagaan harus memiliki unsur organisasi, tetapi pada kenyataannya pengertian kelembagaan tidak terbatas pada pengertian organisasi saja tapi kelembagaan juga merupakan struktur dan mekanisme dari kebutuhan sosial yang berhubungan dengan kebiasaan dalam kumpulan individu. Kelembagaan itu sendiri sesungguhnya lebih bermakna daripada organisasi karena kelembagaan lebih menunjuk pada aktivitas orang dalam suatu gedung bukan pada bangunan gedung itu sendiri.
Kelembagaan mengacu pada sistem norma yang mengatur kehidupan suatu masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan masyarakat antara lain pengetahuan dan kearifan lokal. Hal ini menyebabkan dalam mempelajari kelembagaan tidak dapat dari teori saja tapi juga memerlukan pengamatan langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan dilakukan praktek lapang dalam mata kuliah Masyarakat dan Kelembagaan Pedesaan.
Gambaran Umum Lokasi
Masyarakat kasepuhan Banten Kidul adalah masyarakat agraris yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun yang tersebar meliputi 3 kabupaten yaitu kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan dalam bahasa sunda adalah kata yang mengacu pada golongan masyarakat yang masih bertingkah laku sesuai adat istiadat lama.
Mereka tinggal di daerah ketinggian dengan populasi penduduk kurang lebih 30.000 jiwa dan menempati 569 kampung kecil yang termasuk kedalam 360 kampung besar.
Kasepuhan memiliki keterikatan sejarah dengan salah satu kerajaan Sunda dengan rajanya Prabu Siliwangi itu, Kasepuhan Banten Kidul kini telah berumur 640 [1368 – 2008], dengan pusat pemerintahan adatnya sekarang berada di kampung gede Ciptagelar, Cikarancang, Cicemet, Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.
Nama pemimpin adat [sesepuh girang] adalah Abah Ugi, yang memulai memegang tampuk kepemimpinan sejak tahun 2007 di usia 23 tahun, sepeninggal ayahandanya yang kita kenal dengan Abah Anom.
Kasepuhan adat Ciptagelar adalah salah satu kampung adat yang masuk dalam kesatuan adat banten kidul. Kasepuhan Adat Ciptagelar masih memegang kuat adat dan tradisi yang diturunkan sejak 640 tahun yang lalu. Kasepuhan ini dipimpin oleh seorang abah yang diangkat berdasarkan keturunan. Sampai saat ini, kesepuhan adat Ciptagelar sedang dipimpin oleh abah ke XI sejak tercatat kesepuhan dari tahun 1368.
Kasepuhan adat Ciptagelar berdiri di Bogor 640 tahun yang lalu. Tempat tinggal Kasepuhan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pindahnya tempat tinggal ini dikarenakan datangnya wangsit dari leluhur kepada Abah. Pada akhir tahun 2000 Abah Anom (Alm. Encup Sucipto) sebagai pimpinan menerima wangsit dari leluhur untuk pindah dari kampung Ciptarasa ke Ciptagelar. Ciptagelar artinya pasrah menerima perpindahan tersebut. Wangsit ini diterima oleh Alm. Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak mesti dilakukan. Oleh karena itulah perpindahan kampung adat merupakan kesetiaan dan kepatuhan leluhur.
Letak Kampung Ciptagelar
Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dan pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat.
Terletak di bawah Gunung Halimun yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun dan gunung Salak. Halimun atau kabut sebagai sebutan kawasan itu karena setiap harinya tiap pukul 16.00 biasanya kabut menyelimuti area itu.
Tempat baru ini berjarak 9 km dari Ciptarasa kearah utara memasuki hutan TNGH Halimun dengan jalanan menanjak dan menurun yang hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda2.
Kampung Ciptagelar dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan roda dua (motor). Jenis kendaraan roda empat harus mempunyai persyaratan khusus, yakni mempunyai ketinggian badan cukup tinggi di atas tanah serta dalam kondisi prima. Apabila tidak mempunyai persyaratan yang dimaksud kecil kemungkinan kendaraan tersebut sampai ke lokasi. Dan umumnya mobil-mobil demikian hanya sampai di kantor Desa Sirnaresmi yang sekaligus merupakan tempat parkimya. Selebihnya menggunakan kendaraan ojeg atau mobil umum (jenis jeep) yang hanya ada sewaktu-waktu atau jalan kaki. Guna mencapai lokasi tujuan, ada beberapa pilihan jalur jalan. Pilihan pertama adalah: Sukabumi - Pelabuhanratu. Pelabuhanratu - Cisolok berhenti di Desa Cileungsing. Dari Desa Cileungsing menuju Desa Simarasa dan berhenti di Kampung Pangguyangan. Di Karnpung Pangguyangan semua kendaraan roda empat di parkir dan selanjutnya dari kampung ini menuju Kampung Ciptagelar ditempuh dengan jalan kaki atau naik ojeg. Sebagai catatan, melalui jalur ini kendaraan pribadi hanya sampai di Kampung Pangguyangan mengingat kondisi jalan yang berat.
Bentuk permukaan tanah di Kampung Ciptagelar berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah pemukiman Kampung Ciptagelar yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali. Masyarakat umumnya adalah petani dan bergantung hidup penuh pada alam. Mereka mengerjakan sawah masing-masing atau menjadi buruh tani dari saudara sekampung yang lebih makmur. Untuk menambah penghasilan ada warga Kampung Ciptagelar yang beternak ikan dikolam, beternak ayam dan kambing serta menjual hasil kerajinan anyam-anyaman.
Agama
Penduduk Kampung Ciptagelar semuanya mengaku beragama Islam, tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.
Masyarakat Kampung Ciptagelar sangat percaya pada keberadaan wangsit dari leluhur, hal inilah yang menyebabkan kepindahan masyarakat dari kampung ciptarasa ke kampung Ciptagelar .
Sejak tahun 2001, sekitar bulan Juli, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakukan "hijrah wangsit" ke Desa Sirnaresmi yang berjarak belasan kilometer. Di desa inilah, tepatnya di Kampung Sukamulya, Abah Anom atau Bapa Encup Sucipta sebagai puncak pimpinan kampung adapt memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya yang baru. Ciptagelar 'artinya terbuka atau pasrah.
Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena "perintah leluhur" yang disebut wangsit. Wangsit ini dlperoleh atau diterima oleh Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yanng hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan. Oleh karena itulah kepindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya.
Bangunan
Rumah masyarakat Kampung Ciptagelar berbentuk panggung dengan bahan rumah harus dari bambu dan kayu walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong). Atap rumah dari daun nipah, ijuk, alang-alang atau seng sedangkan lantai rumah terbuat dari bambu atau papan kayu. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Berbeda dengan bentuk rumah di kampung naga, bentuk rumah di kampung Ciptagelar tidak beragam selain itu rumah ketua adat sangat berbeda karena terletak di tempat yang khusus terpisah dari rumah penduduk.
Pengetahuan lokal/indigenous knowledge
Suku Banten Kidul adalah suku unik yang tinggal di Kampung Ciptagelar. Walaupun hanya masyarakat kecil, suku ini menarik perhatian orang luar. Hal ini karena mereka masih kukuh menganut adat istiadat yang diturunkan nenek moyang mereka.
Pengetahuan lokal dan kearifan lokal kampung Ciptagelar berhubungan dengan bagaimana masyarakat memaknai peran dari sumber daya yang ada yang meliputi hutan, tanah dan air.
Hutan berperan sebagai:
1. Penyedia kebutuhan masyarakat antara lain penyedia kayu bakar. Hal ini sangat krusial karena mayoritas masyarakat Ciptagelar menggunakan tunggu sebagai alat masak dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Kayu dari hutan juga berfungsi sebagai bahan baku bangunan baik rumah, jembatan dan lainnya.
2. Pelindung sumber air, meliputi areal hutan yang mampu menahan run off dengan menangkap air yang jatuh sehingga sumber air tetap terjaga
Berdasarkan hal tersebut kearifan lokal yang menyangku pengelolaan hutan meliputi konsep pembagian wilayah yang meliputi:
a. Hutan titipan merupakan hutan yang secara adat dipahami sebagai titipan dari leluhur. Hutan ini memiliki peranan sebagai daerah penyerapan air yang baik sehingga pemanfaatan hutan tidak diperbolehkan. Konsep hutan ini lebih dimaknai secara adat oleh masyarakat karena berkaitan dengan sejarah maupun budaya masyarakat setempat.
b. Konsep hutan titipan dimaknai sebagai kepentingan Taman Nasional. Pengawasannya dilakukan secara langsung oleh pihak Taman Nasional. Hutan ini dilarang untuk dimanfaatkan, namun masyarakt masih sering memanfaatkan hutan ini secara sembunyi-sembunyi.
c. Konsep hutan garapan merupakan hutan yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai budidaya pertanian.
Tanah berperan sebagai:
1. Lahan pertanian seperti sawah dan ladang, masyarakat menggantungkan ketersediaan bahan makanan pokok dari hasil pertanian. Ladang berperan sebagai tambahan ekonomis disamping hasil tani.
2. Tempat mendirikan tempat tinggal, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan lebih luas lagi untuk menampung aktivitas masyarakat
Berdasarkan hal tersebut, kearifan lokal mengenai pengelolaan tanah yang masih berlaku antara lain:
a. Perhitungan tanggal dalam membangun sarana atau fasilitas kampung yaitu tanggal 1 disebut “kuta” untuk membangun kandang hewan, tanggal 2 disebut “kusang” untuk membangun kandang ayam, tanggal 3 disebut “gelar” untuk membangun masjid, tanggal 4 “naga” untuk membangun leuit dan tanggal 5 disebut “jaya” untuk membangun rumah. Perhitungan tanggal diulang untuk tanggal seterusnya.
b. Adanya beberapa istilah yang berkaitan dengan tanah antara lain tanah jami yaitu tanah yang pernah ditanami sebagai sawah dan pada tahun selanjutnya ditanami padi kembali. Tanah terusan yaitu tanah yang terbentuk dari pembukaan hutan. Tanah pongokan yaitu tanah yang biar bera.
c. Terdapat peribahasa yang berkaitan dengan tanah dan menjadi dasar pemahaman masyarakat yaitu “ibu bumi, bapa langit dan tanah ratu” yang artinya bumi menyediakan segala kebutuhan untuk manusia. Langit yang memberi kenyamanan (naungan, hujan) dan tanah merupakan pemberian Allah SWT yang diturunkan leluhur. Dengan peribahasa ini masyarakat dituntut untuk selalu mengingat bahwa Tuhan telah memberikan sumberdaya dan masyarakat perlu melestarikan agar tercapai keberlanjutan.
Makna dan peran air bagi masyarakat:
1. Pemenuhan kepentingan kepentingan sehari-hari rumah tangga seperti minum, mencuci dan lainnya. Air yang digunakan bersumber dari mata air didaerah perbukitan dan didistribusikan melalui saluran air dari pipa bambu/paralon.
2. Pemenuhan kepentingan irigasi sawah, dilakukan dengan memanfaatkan sumber air sungai. Pemanfaatan air irigasi dibuat dalam bentuk saluran air/selokan.
Berdasarkan hal tersebuut, kearifan lokal yang berkaitan dengan pengeloaan air yaitu adanya maningtin (ulu cai) yang bertugas untuk mengatur distribusi air untuk kebutuhan masyarakat. Masyarakat juga telah mengenal teknik distribusi air sederhana yaitu dengan membangun solokan yang dapat diatur debit airnya melalui buka tutup pintu air (cowal).
Selain itu, terdapat peraturan yang turun temurun dilakukan selama 8 turunan antara lain:
a. Menanam padi hanya 1 x per tahun dan selalu diadakan upacara seren tahun setiap tanggal 3 Agustus dan tidak boleh menjual hasil pertanian seperti beras, nasi ataupun padi.
b. Cara berpakaian untuk pria yaitu memakai peci (kopeah ataupun ikat kepala dengan satu ikatan secara kuat sedangkan cara berpakaian untuk wanita yaitu harus memakai samping (sinjang) satu ikatan secara kuat pula. Adapun makna dari satu ikatan itu adalah mencirikan gotong royong dan rasa kebersamaan yang tinggi. Sedangkan makna dari ikatan yang kuat itu adalah orang-orang harus kuat memegang aturan adat. Untuk jajaran sesepuh ada pakaian adat tersendiri yaitu pakaian berwarna putih dan ikat kepala harus hitam. Warna putih melambangkan bersih pikiran sedangkan warna hitam melambangkan bisa menjaga rahasia
Kelembagaan Adat
Terdapat istilah adat yang harus ditaati oleh semua masyarakat yaitu saadat, sapamasudan, sapamangguh. Arti seadat adalah seluruh warga harus bersatu, sapamasudan artinya seluruh warga harus mempunyai pemikiran yang sama dengan aturan yang ada. Sedangkan maksud dari sapamanggi adalah seluruh warga harus mempunyai rasa tenggang rasa yang tinggi antara warga yang satu dengan yang lainnya.
Kasepuhan mempunyai arti lingkungan atau adat istiadat orang yang memegang aturan dari abah yang sedang memegang kepemerintahan. Generasi kasepuhan selama 640 tahun antara lain :
1. Karuhun dari Cipatat Bogor
2. Karuhun dari Lebak Larang
3. Karuhun dari Lembah Binong
4. Karuhan dari Talaga
5. Karuhan dari Tegal Lumbuh
6. Karuhan dari Bojong
7. Karuhan dari Pasir Jinjing
8. Abah Arjo diCiptarasa
9. Abah Encup(Abah Anom) di Ciptagelar. Masa kepemimpinan dari tahun 1982-2007
10. Abah Ugi di Ciptagelar. Masa kepemimpinan dari 2007 - sekarang
Dalam menjalankan kepemimpinan abah Ugi dibantu oleh 7 orang kepercayaannya antara lain :
1. Ki Karma yang bertugas mengatur, membersihkan dan memelihara ruangan khusus untuk abah ugi. Adapun perwakilan untuk kampung Ciptarasa adalah pa adi.
2. Mak Uwo yang bertugas memasak untuk warga inti Abah Ugi dan anak-anaknya.
3. Ki Radi yang bertugas mengatur kesenian pantun pada hari-hari besar adat seperti serentahun, ponggokan, masak beras pertama dan menanam padi pertama. Kesenian pantun biasa dilakukan dengan menggunakan kecapi.
4. Ki Rahman bertugas mengurus orang yang meninggal dari mulai memandikan sampai menguburkan mayat. Adapun perwakilan untuk dusun ciptarasa adalah pak Uman.
5. Ki Karsim yang bertugas mengurus orang yang sakit seperti para medis. Adapun perwakilan untuk dusun Ciptarasa adalah Pa Suman.
6. Ki Daul yang bertugas mengurus pertanian. Adapun perwakilan untuk ciptarasa adalah pa Aida
7. Ki Dwi yang bertugas sebagai utusan dari abah sebagai penyampai pesan. Misalnya jika terdapat masalah dalam internal kasepuhan maka Ki Juhi bertindak sebagai orang pertama yang mengatasi masalah tersebut. Namun jika belum juga terselesaikan maka baru abah Ugi baru turun tangan. Perwakilan untuk ciptarasa adalah pa Aat.
Upacara Adat
Terdapat beberapa acara adat yang sampai saat ini masih dilakukan di kampung Ciptagelar antara lain yang berkaiatan dengan berusahatani yaitu:
Ritual ngaseuk
Upacara menyongsong saat menanam padi, memohon keselamatan dan keamanan menanam, prosesi selamatan dengan kegiatan hiburan seperti wayang golek, jipeng, topeng, dan pantun buhun. Diawali oleh sesepuh girang berziarah ke pemakaman leluhur yang tersebar di wilayah lebak, bogor dan sukabumi
Ritual sapang jadian pare
Satu minggu setelah tumbuhnya penanaman padi, memohon ijin kepada sang ibu untuk ditanami padi dan restu leluhur dan sang pencipta agar padi tumbuh dengan baik
Ritual pare nyiram/mapag pare beukah
Selamatan padi keluar bunga, memohon padi tumbuh dengan baik dan terhindar dari hama
Ritual pare nyiram/mapag pare beukah
Selamatan padi keluar bunga, meoh padi tumbuh dengan baik dan terhindar dari hama
Ritual sawenan
Upacara setelah padi keluar, memberikan pengobatan padi dengan tujuan agar padi selamat dan terisi dengan baik dan terhindar dari hama
Ritual mipit pare
Diadakan saat akan memotong padi dihuma maupun dipesawahan, dengan memohon kepada sang Pencipta agar diberikan hasil panen yang banyak dan meminta ijin untuk pemotongan padi kepada leluhur
Ritual nganjaran/ngabukti
Upacara ritual saat padi ditumbuk dan dimasak pertama kali, sementara itu warga menunggu sampai emak selesai dengan ritualnya
Ritual ponggokan
Seminggu sebelum seren taun, baris kolot berkumpul untuk membahas jumlah jiwa dihitung berdasarkan pajak/jiwa Rp 150,- (data tahun 1997). Kemudian menyerahkan biaya seren taun yang telah disepakati sebelumnya dan membahas seren tahun yang akan datang
Ritual seren taun
Adalah puncak acara dari segala kegiatan masyarakat kasepuhan yang dilakukan hanya di kampung gede setiap tahunnya. Upacara besar dalam menghormati leluhur dan dewi Sri dengan segala bentuk kesenian dari yang sangat buhun (lama) sampai seni yang modern sekalipun ditampilkan untuk masyarakat, dan padi dibawa dan diarak dan diiringi oleh semua orang untuk kemudian dan disimpan di lumbung komunal leuit si jimat
Selain upacara adat terkait dengan padi, ada upacara lain yang dilakukan masyarakat baik pimpinan adat maupun secara pribadi yaitu :
1. Selamatan 14 na disaat bulan purnama
2. Upacara nyawen bulan safar pemasangan jimat kampung
3. Rosulan permohonan
4. Selamatan beberes nebus dosa membiarkan masalah karena pelanggaran
5. Sedekah maulud dan ruah saling mengirim makanan.
Sistem pertanian
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Di Ciptagelar panen padi hanya dilakukan sekali dalam setahun, hal ini berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang melakukan panen 3-4 kali dalam setahun. Sistem penanaman lahanpun memiliki aturan yaitu lahan digunakan untuk pertanaman padi sekali dalam setahun dan diselingi dengan menanam sayuran agar unsur hara didalam tanah tidak rusak dan kembali netral.
Komoditas utama dari hasil pertanian Incu Putu (warga) Ciptagelar ini adalah padi. Hasil dari panen padi tersebut disimpan dalam leuit (lumbung). Setiap keluarga memiliki satu atau lebih leuit yang masing-masing leuit dapat menampung antara 500-1000 pocong (ikat) padi. Terdapat satu lumbung yang dikhususkan untuk menampung sebagian hasil panen warga dimana setiap satu kepala keluarga diharuskan menyimpan satu ikat padi di lumbung tersebut. Lumbung tersebut disebut leuit si jimat, dengan adanya leuit si jimat ini, warga yang membutuhkan padi dapat meminjam dari lumbung tersebut. Leuit si jimat ini dapat menampung sekitar 8700 ikat (pocong) padi.
Leuit
Lumbung padi biasanya disebut dengan Leuit oleh masyarakat adat Kampung Kidul. Leuit merupakan simbol ketahanan pangan bagi masyarakat. Padi yang dihasilkan dari humah merupakan sumber pangan utama masyarakat Banten Kidul. Leuit mempunyai peran vital bagi gudang penyimpan gabah atau beras hasil panen. Pada musim panceklik, simpanan gabah itu ditumbuk untuk kemudian dijadikan pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Setelah lima bulan ditanam maka padi siap dipanen dan kemudian disimpan didalam lumbung.
Leuit berbentuk panggung, yang ditopang oleh empat kayu penyangga/tiang. Tingginya sekitar 2,5 meter dari atas tanah. Tiang penyanggah leuit tempat menyompan padi terbuat dari anyaman bambu. Padi yang disimpan di leuit bisa bertahan sampai puluh tahun. Pintu leuit ada di bagian abig-abig posisinya diatas bilik dekat dengan atap. Pintu ukuran kecil sekitar 50 x 70 cm. Atap lumbung terbuat dari daun sagu kirai (sejenis palm) yang dianyam. Supaya kuat atap ditahan dengan gabit yang terbuat dari belahan bambu. Ukuran leuit bervariasi tergantung dari ukuran humah yang dikelola. Masyarakat biasanya membangun leuit dengan kapasitas 500-1000 ikat padi. Umumnya bilik lumbung berukuran panjang 1,5 m lebar 1,5 meter dan tinggi 4 meter. Leuit dengan ukuran seperti itu bisa menampung sekitar 500-600 ikat. Seikat padi setara dengan 5 kg beras.
Supaya padi bisa tahan lama leuit selalu dirawat secara rutin, atap merupakan bagian leuit yang selalu diganti supaya tidak bocor. Selain perawatan secara fisik leuit dilindungi dengan mantera-mantera. Lantai leuit biasa digabtung perupuyan (semacam tungku) yang terbuat dari batok kelapa yang diisi abu dari tungku masak untuk membakar gaharu (cendana). Hama padi yang paling mengganggu adalah tikus. Masyarakat menangkal tikus dengan memasang gelebek pada leuit. Gelebek merupakan papan kayu yang berbentuk bundar dengan diameter sekitar 50 cm. Dipasang diatas empat tiang penyangga tem;pat dibawah lantai leuit. Bentuk gelebek yang bulat dengan meter cukup bedsar menyebabkan tikus tidak bisa naik ke leuit padi.
Dari sisi filosofi Leuit mengandung sebuah kearifan lokal yang sudah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi melalui bahasa yang dipahami bersama akan keharusan “Ngeureut ceum neum deum keur jagani isuk” (menyisikan untuk hari depan). Inilah wujud tabungan yang sesunguhnya telah dipraktekan lama untuk beberapa tempat ada yang telah dikelola berupa simpan pinjam padi. Leuit menjadi penyambung atau wujud dari beberapa bahasa pitutur dari ajaran-ajaran sunda dan mungkin ini juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Sentuhan tradisi dengan nuansa sakral membuat leuit dilingkungan warga kesatuan adat bisa lestari.
Inovasi
Masyarakat kampung Ciptagelar terbuka dan menerima inovasi teknologi baru sepanjang tidak mengubah tatanan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat dan teknologi baru tersebut memberikan nilai positif serta menguntungkan.
Bidang Pertanian
Inovasi dibidang pertanian yang dapat diterima oleh masyarakat kampung Ciptagelar antara lain:
(1) masyarakat kampung Ciptagelar telah mengetahui bahwa penggunaan pupuk (anorganik dan organic) dapat meningkatkan hasil/produksi tanaman. Tetapi tidak semua masyarakat menggunakan pupuk anorganik dengan alasan tanah yang mereka miliki tergolong subur jadi tidak perlu dilakukan pemupukan.
(2) Masyarakat mengetahui bahwa penggunaan mesin perontok dan penggiling padi (RMU) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan cara tradisional. Namun alat tersebut tidak mereka gunakan karena dengan menggunakan lesung, karena hasil padi yang mereka dapatkan pada dasarnya hanya untuk kebutuhan sehari-hari tidak untuk dijual sehingga proses penumbukan gabah dilakukan pada saat dibutuhkan. Gabah yang belum digunakan disimpan dalam leuing.
Bidang Informasi
Inovasi dibidang informasi yang dapat diterima oleh masyarakat kampung Ciptagelar adalah pemanfaatan media elektronik seperti TV dan radio sebagai sumber informasi,. Berbeda dengan kampung naga, jenis TV tidak dibatasi. Untuk mempermudah mereka berkomunikasi maka oleh sebagian orang juga menggunakan telepon seluler (HP) sebagai satu-satunya alat komunikasi yang bisa dimanfaatkan didaerah setempat.
Selain itu, terdapat radio komunitas yang utamanya berfungsi sebagai saluran informasi dari kampung Ciptagelar ke kampung lainnya (kasepuhan lain).
Mekanisme Penyerapan/penolakan Inovasi
Letak Kampung Ciptagelar yang cukup jauh dari kampung lain dan akses yang terbatas, menyebabkan masyarakat kampung Ciptagelar tidak dengan mudah keluar kampung untuk mencari sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menyebabkan pemanfaatan sumber informasi yang berasal dari TV, radio dan HP dirasakan sangat efektif.
Masyarakat Kampung Ciptagelar sangat taat menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang dan percaya dengan adanya wangsit. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran leluhur Kampung Ciptagelar, dan sesuatu yang belum ada wangsit dari leluhur dianggap sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Ciptagelar berarti melanggar adat, dan hal ini akan menimbulkan malapetaka.
Berdasarkan hal tersebut pada dasarnya, masyarakat kampung Ciptagelar tidak menolak inovasi yang ada dengan syarat bahwa inovasi tersebut tidak bertentangan dengan norma dan aturan yang berlaku. Serta tidak ada pemaksaan dalam penerapan inovasi itu sendiri.
Masyarakat kampung Ciptagelar sangat tergantung pada lingkungannya sehingga mereka percaya bahwa dengan menjaga kelestarian lingkungan akan menjaga kelangsungan hidup mereka. Sehingga pemanfaatan lingkungan bagi kehidupan mereka dilakukan tanpa merusak lingkungan itu sendiri. Sebagai contoh pemanfaatan air sungai untuk sumber pembangkit listrik melalui pembuatan kincir air. Pemanfaatan ini dianggap tidak mengganggu kelestarian sumber daya air.
Mekanisme Pelestarian Pengetahuan Lokal
Untuk melestarikan pengetahuan atau norma nilai yang ada mereka mengacu pada adanya wangsit dari leluhur yang diterima oleh abah. sebagai contoh penggunaan genteng sebagai atap belum diterima karena belum ada wangsit kalau boleh menggunakan genteng.
Dalam mengatur kehidupan masyarakat terdapat dua lembaga yaitu lembaga formal dan non formal. Lembaga formal yaitu Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) memiliki fungsi pengaturan yang berhubungan dengan pengaturan kehidupan berwarga Negara Indonesia. Sedangkan lembaga non formal yaitu abah yang merupakan pemangku adat yaitu Bapak Ugi yang dibantu oleh 7 orang kepercayaannya.
Dengan adanya kedua lembaga tersebut, kehidupan dan norma yang ada dalam masyarakat kampung Ciptagelar dapat terjaga.
Good Practices
Meskipun inovasi dari luar sistem sosial relatif terbatas yang diadopsi, namun dalam memenuhi kebutuhannya masyarakat juga melakukan inovasi dalam bentuk praktek-praktek yang dinilai baik (good practices) sebagai hasil belajar sesama petani, dan alam lingkungannya diantaranya :
(1) Model kandang kambing yang berbentuk panggung dan terdapat tempat pakan, mempermudah petani dalam mengumpulkan kotoran kambing yang kemudian dicampur dengan bahan organik lainnya (daun-daunan, sampah, batang pisang, gabah, abu tungku dll) selama 6 bulan, selanjutnya dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman padi atau sayuran;
(2) Model kandang dan leuit yang diletakkan berkelompok. Pada dasarnya pengelolaan leuit dan kandang yang diletakkan berkelompok akan mempermudah pengelolaan dan menjaga keamanan.
(3) Pelestarian benih padi dengan cara melakukan seleksi mulai padi yang baik untuk dijadikan benih (pengetahuan turun-temurun) berdasarkan kriteria tertentu. Jenis varietas yang diseleksi adalah lokal putih (locan, sari kuning dan jaulang) dan lokal merah (gantan dan cerai);
(4) Adanya kewajiban satu kepala keluarga menyimpan satu ikat padi di lumbung bersama selain dilumbungnya sendiri. Lumbung tersebut disebut leuit si jimat, dengan adanya leuit si jimat ini, warga yang membutuhkan padi dapat meminjam dari lumbung tersebut.
(5) Semua tahap dalam berusahatani dilakukan secara bersama-sama (yang dimulai dengan adat), sebenarnya hal ini sangat baik karena dengan melakukan penanaman serentak maka tingkat serangan hama dapat ditekan.
Lesson Learned
Dari uraian diatas terlihat bahwa, masyarakat kampung Ciptagelar sangat memegang teguh adat istiadat. Setiap larangan harus ditaati dan jika dilanggar maka adat yang akan mengambil tindakan. Manfaat dari setiap aturan tidak lain adalah untuk kepentingan masyarakat.
Nilai/norma tersebut ternyata sangat bermanfaat karena dengan adanya larangan tersebut maka kelestarian hutan, tanah dan air tetap terjaga. Adanya larangan untuk mengelola hutan titipan, bila ditinjau dari aspek pelestarian hutan kemungkinan dimaksudkan agar ekosistem hutan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan bencana akibat kerusakan hutan antara lain erosi mengingat perkampungan mereka terletak diwilayah perbukitan.
Pemahaman individu atau masyarakat terhadap penciptaan keselarasan dalam lingkungan hidupnya merupakan referensi dalam mewujudkan tingkah laku (perilaku) dalam berinteraksi, baik terhadap alam maupun hubungan sosial. Pengetahuan terhadap aturan, nilai, dan norma merupakan suatu kesatuan dalam membentuk suatu tatanan, tentang cara-cara berbuat baik (etika) dalam berinteraksi terhadap alam sekitarnya. Orang yang bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan umum berdasarkan aturan, norma dan nilai yang diakui oleh masyarakatnya dikatakan sebagai orang tidak baik atau dianggap melanggar etika atau tidak berbudaya.
Tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat dan kaidah-kaidah yang dapat dinyatakan sebagai “inti kebudayaan” (culture core) termasuk sistem nilai yang menunjukkan aturan hubungan timbal balik yang ada dalam masyarakat. Ketaatan masyarakat terhadap tradisi membentuk pola perilaku secara mandiri, sedangkan etika sosial membentuk cara bertindak yang relatif sama diantara sesama warga misalnya cara berpakai dan bahan bangunan yang dipakai, kerajinan tangan (model, motif dan bahannya), berusahatani padi (bibit dan teknik budidayanya), beternak kambing (bibit dan teknik pemeliharaannya), memelihara ikan air tawar (bibit dan cara budidayanya), dan membuat pupuk organik (bahan baku dan komposisinya). Aktivitas harian tersebut membentuk satu pola tradisi untuk menjaga keselarasan agar tidak tercipta persaingan antara anggota masyarakat, selanjutnya dipererat dengan jiwa kegotong-royongan yang merupakan bentuk saling menolong dan saling berbagi antar sesama.
Dalam mempertahankan norma dan nilai warisan nenek moyang keterlibatan semua pihak sangat diperlukan yaitu adanya peran kelembagaan baik formal (berkaitan dengan pemerintah Negara) dan non formal (berkaitan dengan pengaturan kehidupan, norma dan nilai dalam masyarakat) serta kesadaran individu itu sendiri untuk mengikuti norma yang berlaku.
Penting bagi seorang penyuluh sebelum melakukan penyuluhannya untuk mengetahui norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial (masyarakat) serta kondisi wilayah sehingga inovasi yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik. Selain itu, seorang penyuluh juga harus mengetahui pengetahuan praktis yang ada dalam masyarakat. Karena cukup banyak pengetahuan praktis ataupun kearifan lokal yang dapat dikembangkan seperti contoh di kampung Ciptagelar yaitu dengan adanya model penyimpanan gabah di leuit si jimat. Model ini ternyata dapat dikembangkan didaerah lain untuk mengatasi kondisi kerawanan pangan yang lebih dikenal dengan lumbung pangan.
Pada dasarnya penyuluhan merupakan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan melalui pemberdayaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan kata lain, penyuluhan bukan hanya menyampaikan informasi dalam bentuk inovasi tapi juga menyadarkan individu atau masyarakat kalau mereka memiliki sumberdaya yang dapat dimanfaatkan tanpa merusak sistem sosial dan norma yang ada.
terima kasih ozi telah cepat memenuhi salah satu tugas mata pelajaran yang saya asuh tolong bantu teman2 yang lainnya agar juga secepatnya menjadi anggota blogger , Dr. Monty S. Padmanagara
ReplyDeleteterima kasih, laporannya membantu saya menulis tugas yang harus saya selesaikan.
ReplyDeletesaya menulis tentang saujana budaya di jawa barat dan sekarang berada di eropa. tulisan anda sangat membantu saya.
salam
ratri
Great and that i have a swell supply: How To Become A House Renovation house renovation ideas
ReplyDelete