Institusi perbenihan Sriyasa











STUDI KASUS INSTITUSI PERBENIHAN SRI YASA
Bahasan: Indigenous Knowledge/Local Wisdom/Innovation

Gambaran Umum
Pada tahun 1999, ketua kelompok Tani Suka Maju di Kampung Astomulyo, Punggur, Lampung Tengah mempunyai inisiatif untuk mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) dengan alasan terbatasnya sumber teknologi dan keberadaan penyuluh yang tidak memadai (kuantitas dan kualitas). Pada tahun 2001 P4S Sama Maju di sahkan dengan SK kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan nomor: 521/Kpts/875/2001 tanggal 16 Mei 2001. Dengan bidang budidaya tanaman pangan, ikan air tawar, budidaya ternak, budidaya hortikultura, perbanyakan tanaman dan industri rumah tangga.
Dengan dukungan dan binaan Dinas Pertanian TPH Lampung Tengah, pada tahun 2003 kegiatan P4S diarahkan pada pengadaan benih bersertifikat terutama untuk tanaman padi sawah. P4S Suka Maju Pembuatan benih padi berkualitas terdiri dari 3 (tiga) kelas benih yaitu benih sebar (label biru), benih pokok (label ungu) dan benih dasar (label putih). Sebagai pusat pelatihan dan usaha perbenihan, P4S Sama Maju memiliki binaan penangkar benih yang tersebar dibeberapa kampung dan kecamatan. Salah satunya adalah 3 kelompok tani penangkar di Kecamatan Kota Gajah.
Pada tahun 2006, di Kecamatan Kota Gajah terdapat 3 (tiga) kelompok penangkaran benih padi yaitu Kelompok Dewi Sri 2 dengan ketua Aris Susyanto dan Kelompok Panca Usaha dengan ketua Jumiran di Kampung Kota Gajah, dan Kelompok Sumber Alam dengan ketua Sujarwoso di Kampung Sumber Rejo. Pada awalnya ketiga Kelompok berusaha sendiri-sendiri baik dalam hal produksi benih maupun pemasarannya.
Atas prakarsa dan inisiatif masing masing ketua, dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pemasaran benih dan efisiensi usaha, maka pada tanggal 19 Oktober 2007 dibentuklah institusi perbenihan yang merupakan penyatuan dari tiga kelompok tersebut yang diberi nama Institusi Perbenihan Sri Yasa yang berlokasi di dusun Gajah Timur 4 Kampung Kota Gajah, Kota Gajah, Lampung Tengah, Lampung.
Kegiatan Institusi Perbenihan Sri Yasa
1. Pembinaan terhadap pra penangkar dan penangkar.
Pembinaan meliputi proses produksi yang dilakukan oleh BPTP Lampung dan POPT serta proses sertifikasi benih oleh BPSB
2. Produksi benih
Benih yang sudah diproduksi adalah benih ciherang dengan label ungu (benih pokok). Pada tahun 2008, diseleksi beberapa varietas padi yang dapat diproduksi menjadi benih. Faktor seleksi meliputi ketahanan terhadap hama penyakit, ketahanan rebah, produksi dan rasa nasi.
3. Prosesing benih
Alat prosesing benih yang dimiliki oleh Institusi Perbenihan Sri Yasa belum selengkap milik P4S Sama Maju (gambar 3). Alat prosesing benih IP Sri Yasa hanya berupa 1 set kliner (panah)
4. Pengemasan benih
Alat yang digunakan adalah alat pengepres plastik, model kemasan berbeda antara kemasan P4S Sama Maju, IP Gajah Unggul dan IP Sri Yasa (gambar 4)
Sistem Pembagian Keuntungan Usaha
Pembagian hasil dilakukan setiap 5 (lima) tahun, tetapi pelaporan keuangan dilakukan setiap 1 (satu) tahun. Pembagian hasil dengan persentase dari keuntungan yaitu:
1. 25% untuk pengurus
2. 20% untuk anggota
3. 15% untuk administrasi
4. 20% untuk penguatan modal
5. 20% untuk biaya pertemuan, pelatihan dll.
Lesson learned
Pembentukan Institusi Perbenihan Sri Yasa yang merupakan gabungan 3 (tiga) Kelompok Penangkaran benih dengan alasan untuk mempermudah pemasaran dan efisiensi menunjukkan bahwa keberadaan kelembagaan dinilai memiliki arti penting bagi anggotanya dan mampu meningkatkan nilai tambah/keuntungan bagi anggotanya. Selain mendapatkan keuntungan dari bagi hasil, anggota juga mendapat keuntungan dari kemudahan dalam mendapatkan benih unggul bermutu dan bersertifikat pada saat musim tanam.
Pada dasarnya, petani sebagai individu merupakan makhluk yang ingin meningkatkan taraf sehingga kelembagaan ini, mempunyai peluang keberhasilan dan keberlanjutan yang cukup tinggi selama pengurus mau dan mampu melaksanakan administrasi yang baik.
Dalam kasus kelembagaan/nstitusi perbenihan Sri Yasa, tingkat pendidikan individu penggerak tidak berpengaruh, karena ketiga ketua yang merupakan pengurus inti kelembagaan tersebut hanya lulusan SR (setingkat SD). Selain itu, domisili juga tidak memberi pengaruh karena 1 (satu) kelompok berasal dari kampung/desa yang berbeda.
Fungsi penyuluh dalam kelembagaan ini sebagai fasilisator dan motivator sebagai upaya membangun kerjasama antar individu dalam kelompok dan dengan pihak luar, selain itu juga meningkatkan pengetahuan baik dalam hal produksi, pemasaran maupun administrasi. Pembinaan yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan petani.

Aplikasi/Multiplikasi
Pengembangan institusi perbenihan di daerah lain dapat dilakukan dengan pola pembinaan antara PPL dengan instansi terkait (dinas pertanian TPH, dinas indakop, BPTP/litbang dll) serta swasta (kerjasama). Dalam melakukan pembinaan, perlu diperhatikan:
1. karakteristik wilayah
karakteristik wilayah berhubungan dengan kesesuaian lahan untuk pertanaman komoditas yang dipilih (padi/jagung/kedelai dll), hamparan pertanaman yang memenuhi persyaratan untuk perbenihan dan kemudahan jalur transportasi. Hal ini berpengaruh pada pembinaan mengenai jenis komoditas yang akan dipilih, strategi/manajemen usaha sehamparan, strategi pemasaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia (efisiensi biaya) dll.
2. masyarakat dan nilai yang berlaku.
Kondisi masyarakat dan nilai yang berlaku juga berpengaruh, sebagai contoh pada masyarakat yang sudah tergantung dengan ijon. Pembinaan awal untuk petani adalah bagaimana memupuk modal sendiri sehingga tidak tergantung pada ijon. Pembinaan pada calon institusi perbenihan adalah bagaimana mendapatkan modal untuk prosesing dan membayar benih dari penangkar.

Keterangan
Pengaruh dari masing-masing ketua kelompok dari 3 kelompok yaitu Aris Susyanto (Kelompok Dewi Sri 2), Jumiran (Kelompok Panca Usaha) dan Sujarwoso (Kelompok Sumber Alam). Untuk menggerakkan anggotanya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan kegiatan institusi perbenihan Sri Yasa.
Selain itu, adanya faktor keuntungan yang dirasakan oleh anggota akibat berkelompok akan menjamin keberlanjutan institusi perbenihan Sri Yasa.

Sumber Informasi:
1. Ketua P4S Sama Maju: Supardi, wawancara dilakukan pada tanggal 21 September 2008 di kantor P4S Sama Maju dan peninjauan ke gudang dan tempat prosesing benih (Kampung Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)
2. Ketua Institusi Perbenihan Sri Yasa: Aris Susyanto yang baru terpilih sebagai wakil ketua Institusi Perbenihan Gajah Unggul, wawancara dilakukan pada tanggal 25 September 2008 di rumah ketua IP Sri Yasa (Aris Susyanto) dan peninjauan ke gudang dan hamparan pertanaman (Kampung Kota Gajah Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUKARELAWAN, KELOMPOK DAN ORGANISASI SUKARELA

Perbedaan tiga teori belajar (Discovery Learning, Cognitive Learning, dan Experiential Learning

PERBEDAAN METODE BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN PENYULUH